Kumpulan Tutorial: Soskomas - UAS - Analisa Media dan Massa

Soskomas - UAS - Analisa Media dan Massa


ANALISA MEDIA DAN MASSA
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS
pada mata kuliah Sosiologi Komunikasi Massa








Disusun oleh:
AMIN ROIS
108051000036

KPI 6B

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
Soal ke-2
“Buktikan data-data/kasus di lingkungan anda apakah termasuk masyarakat massa atau masyarakat tradisionil, masyarakat komunikasi (masyarakat dialog), dan masyarakat informasi?”
Latar Belakang
Saat ini saya tidak tinggal di tempat asal asli saya yaitu Jawa. Kalau berbicara tentang tempat yang saya tinggali sekarang adalah Ciputat Tangerang. Di sini pun saya baru tiga tahun. Dimulai dari semester pertama perkuliahan. Saya mahasiswa rantau yang datang ke kota metropolitan yang sangat hiterogen ini. Sebagian pihak seperti betawi mengeklaim bahwa penduduk asli Jakarta adalah orang-orang betawi. Namun saya sendiri belum membuktikannya. Yang pasti saat ini warga betawi lebih bisa dihitung daripada warga urban yang setiap saat datang ke Jakarta.
Saya akan memaparkan kondisi masyarakat di lingkungan yang saat ini saya tinggali terlebih dahulu. Seperti yang saya singgung di atas, saat ini saya tinggal di Ciputat Tangerang yang dulunya Ciputat adalah bagian dari DKI Jakarta bagian selatan. Tapi setelah berdirinya Banten, maka ciputat ditarik menjadi bagian dari Tangerang Selatan. Namun sisa-sisa bukti bahwa Ciputat merupakan bagian dari Ibukota masih banyak. Di antara kampus saya saat ini Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Namanya masih tetap Jakarta, tidak berganti menjadi Tangerang, seperti UIN Tangerang. Adalagi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang letaknya di perbatasan Tangerang Selatan dan Jakarta Selatan pun namanya masih tetap Jakarta.
Letak Geografis Ciputat (Tangerang)
?????

Ciri masyarakat
Masyarakat Massa merupakan suatu masyarakat kebanyakan adalah institusi utama yang diorganisasi untuk  hubungan dengan masyarakat secara keseluruhan, dan terdapat kesamaan anatara sikap mental dan perilaku individual yang  cenderung dipandang lebih penting dari pada perbedaan-perbedaannya.
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Masyarakat tradisional umumnya hidup di daerah pedesaan sehingga umumnya disebut juga sebagai masyarakat desa. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Media massa ada dalam masyarakat taradisional akan tetapi mereka kurang peka dengan media massa. Ciri-ciri Masyarakat Tradisional:
a.       Afektifitas: hubungan antar anggota masyarakat didasarkan pada kasih sayang;
b.      Orientasi kolektif: lebih mengutamakan kepentingan kelompok/kebersamaan;
c.       Partikularisme: segala sesuatu yang ada hubungannya dengan apa yang khusus berlaku untuk suatu daerah tertentu saja, ada hubungannya dengan perasaan subyektif dan rasa kebersamaan;
d.      Askripsi: segala sesuatu yang dimiliki diperoleh dari pewarisan generasi sebelumnya;
e.       Diffuseness (kekaburan): dalam mengungkapkan sesuatu dengan tidak berterus-terang.
Masyarakat informasi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah masyarakat dan sebuah ekonomi yang dapat membuat kemungkinan terbaik dalam menggunakan informasi dan teknologi komunikasi baru. Masyarakat informasi atau modern telah bebas dari kekuasaan adat istiadat lama. Pada umumnya mereka telah tinggal di daerah perkotaan sehingga disebut juga masyarakat kota. Masyarakat kota biasanya hidup dari sektor industry, dan sector jasa. Ciri-ciri masyarakat massa:
a.       Ketergantungan dengan media
b.      Menonjolkan kekuatan media
c.       Penyakit masyarakat overload  informasi
d.      Teknologi media
e.       Kekuatan birokrasi
f.       Multicultural
g.      Fenomena budaya massa
h.      Perkembangan teknologi yang kompleks
i.        Interaksinya melalui proses komunikasi massa

Analisa
Yang ingin saya maksudkan adalah efek dari Pusat Negara atau Ibukota negara Indonesia yang terletak di DKI Jakarta tentu saja memeberikan nilai lebih di segala bidang pada Ciputat. Termasuk didalamya teknologi komunikasi, teknologi transportasi dan teknologi yang lainnya. Sarana komunikasi handphone (HP) serasa wajib dimiliki oleh setiap orang yang ada di kota ini. Bahkan dari anak SD hingga orang tua pun sudah memiliki HP. Fungsinya pun beragam, dari yang memang membutuhkan HP sebagai kebutuhan untuk komunikasi hingga sekedar lifestyle yang tidak boleh dilewatkan. Lebih parahnya lagi sebagian orang di Jakarta gila gadget (baca: selalu update peralatan-peralatan elektronik). Tidak salah Indonesia dianggap sebagai negara terkonsumtif se-Asean tanpa produksi yang mengimbangi.
Keadaan masyarakat yang demikian membuat saya berfikir, sebenarnya kelengkapan teknologi komunikasi dan teknologi transportasi di Jakarta ini apa bisa membuat masyarakatnya disebut sebagai masyarakat yang komunikatif atau masyarakat yang informatif. Sebab beberapa kasus yang terjadi dan saya singgung di atas, penemuan yang sering saya dapatkan adalah aktivitas masyarakat di Jakarta sebagian besar hanya mengikuti tren lifestyle internasional.
Semisal ketika temuan alat telekomunikasi seluler yang diproduksi oleh blackbarry (BB) masuk ke Indonesia. Indonesia termasuk negara yang cepat tanggap dan sigap mengimportnya. Kemudian masyarakat berlomba-lomba untuk memiliki BB. Brand yang diusung adalah teknologi generasi ke tiga atau 3G, data-data lebih bisa terprivat tanpa bisa disadap, nikmatnya layanan BlackBarry Massanger (BBM) dan lain sebagainya mampu menyihir masyarakat Indonesia.
Tidak kalah dengan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah dan beberapa tetangga kosan saya yang banyak juga menggunakan BB. Kebanyakan dari pengguna BB hanya menggunakan sebagaimana HP biasa, untuk menelpon, sms, mms, browsing, massanger. Padahal BB memberikan layanan lebih dari itu. Browsing melalui BB mayoritas hanya untuk membuka Facebook dan Twitter, sekedar mengupdate status dan testimoni terhadap komen dari teman. Lebih parahnya lagi Menteri Komunikasi dan Informasi sempat berniat untuk melarang keberadaan BB di Indonesia, karena hasil dari sebuah survey menyatakan tingkat pengguna atau user internet yang membuka dan mendownload konten yang berbau pornografi diakses melalui BB.
Saya melihat sebenarnya teknologi yang telah masuk di Indonesia sudah sangat maju dan cukup untuk mejadi negara maju, bukan hanya negara berkembangh. Namun sangat disayangkan kesiapan masyarakat akan teknologi yang sebenarnya bisa memberikan manfaat lebih tapi tidak dipergunakan. Contoh yang lebih simpel dan dekat dengan kita adalah situs jejaring sosial facebook (FB). Mayoritas pengguna FB mendaftar untuk mendapatkan kenalan dan teman baru. Setelah itu update status dan curhat yang kurang produktif.
Kalau saya mengatakan masyarakat di sekitar saya adalah masyarakat komunikasi, tapi kenyataannya HP sudah seperti barang biasa yang hampir setiap orang dan penggunaanya ala kadarnya, yaitu telpon dan sms, padahal ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan HP. Sedangkan kalau saya mengatakan masyarakat informasi, tapi pada kenyataannya banyak informasi yang tidak diketahui masyarakat sekitar. Akhirnya saya mengambil jalan tengah dan pintas kalau masyarakat disekitar saya adalah masyarakat yang sedikit tradisionil, kurang infomatif dan kurang komunikatif.


Soal ke-3
“Amati budaya lokal/budaya tradisionil yang diangkat, dikemas oleh media elektronik atau media cetak? Cek budaya aslinya. Apa bedanya budaya massa dengan budaya lokal (pakem aslinya) apa yang dirubah? Bahasnya? Ceritanya? Karakternya? Dll. Misalnya cerita lokal di komik, cerita bersambung di koran, di tabloid atau di radio. Baca popular culture yang dikarang oleh dominic sitrinati (penerbit jejak: 2007)”

Landasan Teori
Budaya massa adalah produk kebudayaan yang terus menerus direproduksi sekaligus dikonsumsi secara massal, sehingga industri yang tercipta dari budaya massa ini berorientasi pada penciptaan keuntungan sebesar-besarnya. Budaya massa ini adalah sebagai akibat dari kritik atas budaya tradisional, dimana budaya tradisional ini muncul dan berasal dari masyarakat itu sendiri dan tidak terikat atau tergantung pada media massa. Budaya tradisional itu sendiri terbangun dari proses adaptasi dari interaksi kelas elit masyarakat dalam hal estetika, sangat mengagungkan kesusatraan dan tradisi keilmuan. Sedangkan budaya local merupakan sebuah hasil cipta, karsa, dan rasa yang tumbuh dan berkembang di dalam suku bangsa yang ada di daerah tersebut.
Budaya massa adalah aktivitas dan isi komunikasi massa turut membentuk masyarakat massa dan hal itu di karenakan sebagian dari isi yang dikandung dan disebarluaskan oleh media massa. Budaya massa pada saat ini lebih banyak menghasilkan seni yang ringan dan hal-hal yang tak mungkin. Akibatnya orang cenderung menyukai karya yang ringan-ringan. Hal ini berakibat timbul penggolongan budaya tinggi dan budaya rendah.Peran media massa dalam hal ini sangat besar, ditunjang pula dengan adanya publisitas, iklan, dan reportase. Ciri-ciri budaya massa yaitu: objektivitas, alienasi, pembodohan.
Ciri-ciri budaya elit yaitu: pemilik tetap menjadi pelaku (subjek budaya), pelaku tidak mengalami alienasi dan jati dirinya tetap;serta pelaku mengalami pencerdasan. Cerita rakyat sarat dengan nilai-nilai kebaikan dan petuah-petuah yang masih relevan untuk kehidupan saat ini. Oleh karena itu, pelestarian dengan jalan menceritakan kembali dalam versi yang berbeda dengan sentuhan-sentuhan modernitas merupakan usaha yang cukup baik untuk menarik minat anak terhadap kekayaan khazanah budaya negeri. Dengan cara ini juga diharapkan penyerapan nilai-nilai dari cerita rakyat yang sesuai dengan kebudayaan sendiri menjadi salah satu jalan dalam upaya menanamkan identitas kebangsaan.
Jaka Tarub adalah salah satu cerita rakyat dari Jawa Tengah yang mengisahkan tentang kehidupan Ki Jaka Tarub yang setelah tua bergelar Ki Ageng Tarub, tokoh legendaris yang dianggap sebagai leluhur raja-raja Kesultanan Mataram, dari pihak putrinya, yaitu yang bernama Retno Nawangsih.
Cerita Jaka Tarub
Suatu hari Jaka Tarub berangkat berburu di kawasan Gunung Keramat. Di gunung itu terdapat sebuah telaga tempat tujuh bidadari mandi. Jaka Tarub mengambil selendang salah satu bidadari. Ketika 7 bidadari selesai mandi, enam dari tujuh bidadari tersebut kembali ke kahyangan. Sisanya yang satu orang bingung mencari selendangnya, karena tanpa itu ia tidak mampu terbang.
Jaka Tarub muncul datang menolong. Bidadari yang bernama Dewi Nawangwulan itu bersedia ikut pulang ke rumahnya. Keduanya akhirnya menikah dan mendapatkan seorang putri bernama Dewi Nawangsih.
Selama hidup berumah tangga, Nawangwulan selalu memakai kesaktiannya. Sebutir beras bisa dimasaknya menjadi sebakul nasi. Suatu hari Jaka Tarub melanggar larangan Nawangwulan supaya tidak membuka tutup penanak nasi. Akibatnya kesaktian Nawangwulan hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa.
Maka, persediaan beras menjadi cepat habis. Ketika beras tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan selendang pusakanya tersembunyi di dalam lumbung. Nawangwulan pun marah mengetahui kalau suaminya yang telah mencuri benda tersebut.
Jaka Tarub memohon istrinya untuk tidak kembali ke kahyangan. Namun tekad Nawangwulan sudah bulat. Hanya demi bayi Nawangsih ia rela turun ke bumi untuk menyusui saja.
Ketika masuk ke film/sinetron/koran/majalah maka alur dan settingnya pun dirubah. Hal itu dilakukan untuk lebih mudah dipahami audience/pembaca/pemirsa.
1. Alur Cerita
Cerita Jaka Tarub berawal ketika Jaka Tarub mencuri selendang salah seorang bidadari yang sedang mandi di telaga. Selendang yang dicuri adalah milik putri bungsu yang paling cantik. Sedikit berbeda dalam cerita Desa Pasir Kujang, yang dicuri adalah pakaian harimau yang dipakai oleh salah seorang putri untuk menyamar menjadi harimau jadi-jadian yang berteduh di bawah dangau. Cerita Tujuh Bidadari memiliki alur hampir sama dengan cerita Jaka Tarub, yang dicuri adalah selendang bidadari.
Selendang bidadari dalam cerita Jaka Tarub dan baju harimau dalam cerita Desa Pasir Kujang disembunyikan di bawah tumpukan padi di lumbung. Dalam cerita Tujuh Bidadari, karena setingnya jaman sekarang (sudah modern) tidak ada lagi yang mempunyai lumbung, selendang disembunyikan dalam kardus di atas lemari. Menyembunyikan selendang di atas lemari sudah bagus sebagai upaya pemodernan atau penyesuaian dengan keadaan jaman sekarang. Rumah-rumah jaman sekarang, apalagi masyarakat sekarang sudah banyak yang tidak bermata pencaharian sebagai petani, sehingga tidak lagi mempunyai lumbung tempat menyimpan padi.
Bidadari dalam ketiga cerita tersebut memiliki kemampuan memasak hanya dengan sebutir gabah menghasilkan seperiuk nasi. Hal ini sinkron dengan alur cerita yang terdapat dalam Jaka Tarub dan Desa Pasir Kujang karena dengan begitu persediaan gabah di lumbung dapat bertahan lama dan si bidadari tidak segera menemukan selendang atau baju harimaunya untuk kembali ke kahyangan. Akan tetapi, pada cerita Tujuh Bidadari karena selendang disembunyikan di dalam kardus di atas lemari sehingga bagian ini rasanya tidak perlu karena tidak ada kaitan sama sekali dengan tempat penyembunyian selendang dan proses penemuannnya. Ia hanya sebagai usaha untuk mempertahankan cerita aslinya, tetapi hasilnya malah tampak berdiri sendiri dan tidak sinkron dengan jalan cerita selanjutnya. Jika tidak ada pun, tidak akan mempengaruhi alur cerita.
Selain itu, dalam sinetron Tujuh Bidadari diceritakan Ibu Jaka Tarub sudah memiliki rice cooker, seharusnya si Nawangwulan tak perlu lagi memasak sebutir gabah dengan periuk karena sudah ada rice cooker. Nah, dalam peristiwa ini proses adaptasinya tidak utuh dan berhenti di tengah jalan. Mengapa Nawangwulan perlu bersusah-susah memasak dengan dandang besar jika sudah ada rice cooker.

2. Seting atau Latar
Kisah Jaka Tarub dan Desa Pasir Kujang merupakan cerita legenda. Legenda Jaka Tarub mengisahkan tentang asal muasal telaga bidadari, dulu masyarakat setempat bisa menunjukkan tempatnya. Adapun legenda Desa Pasir Kujang mengisahkan tentang asal muasal nama desa tersebut. Meskipun legenda diragukan kebenarannya, bagi masyarakat yang memilikinya ia dipandang sebagai "sejarah" yang melatarbelakangi asal muasal suatu tempat. Umumnya berupa folk history sebab-sebab penamaan tempat tersebut. Pada waktu sekarang sudah tidak tumbuh lagi cerita-cerita legenda yang seperti itu. Cerita yang diangkat dalam sinetron-sinetron biasanya diambil dari legenda atau cerita rakyat yang sudah hidup di masyarakat dan terjadi di masa lampau. Akan tetapi, dalam sinetron itu terlihat para pemain, terutama cara mereka berpakaian dan situasinya tidak sesuai dengan era saat legenda atau mitos itu terjadi. Salah satunya, kostum sebagian besar pemain sudah modern, tetapi kostum yang digunakan Jaka masih menggunakan surjan dan ikat kepala (destar).
Bahasa sebagai media komunikasi dalam sinetron juga sudah menggunakan bahasa prokem remaja atau bahasa gaul. Terdapat pula istilah-istilah peralatan modern, misalnya mobil, rice cooker, dan handphone. Ketimpangan yang tampak semakin jelas dalam sinetron legenda Jaka Tarub adalah: hidup di desa, berpakaian pemuda "tempo doeloe", sedangkan situasi sosialnya sudah jaman sekarang dan sudah berbahasa gaul pula.

Analisa
Selain Jaka Tarub, ada beberapa cerita rakyat yang diadaptasi dalam sinetron, di antaranya: Roro Jonggrang dan Bawang Merah Bawang Putih. Cerita Roro Jonggrang malah semakin menunjukkan ketidaklogisannya. Roro Jonggrang merupakan legenda tentang asal muasal Candi Prambanan, patungnya yang terdapat di komplek Candi Prambanan sampai sekarang masih ada. Sosok candinya memakai kain dengan dandanan "tempo doeloe", tetapi dalam sinetron Roro Jonggrang memakai jeans dengan latar belakang rumah mewah. Bagaimana jika ada anak yang bertanya, "Bu, Roro Jonggrang kok memakai jeans, padahal patungnya memakai kain jarik?"— Kemudian, ketika ia berubah menjadi candi, ia langsung berubah memakai kain.
Yang tampak kemudian, bukan tradisi luhur yang terwariskan, tetapi citra negatif, seperti: keglamoran, balas dendam, intrik-intrik kejahatan, kekerasan, pengkhianatan, kedengkian, perselingkuhan, dan seks. Ada anak kecil dipukul atau dipelototin (child abuse), anak membentak orang tua (moral degradation), cerita gaib-gaib (illogical reason), hamil di luar nikah (promoting free sex and unsafe sex), dan kekerasan (violence). Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih terlihat Si Bawang Putih selalu lemah tak berdaya, menunggu hal gaib datang (uluran tangan orang lain atau keajaiban), sudah jatuh tertimpa tangga seolah tidak ada jalan keluar, semua jalan baik sudah tertutup, di sana sini dicegat masalah. Si Bawang Merah menjadi tokoh yang benar-benar jahat dan selalu muncul dengan segala intrik kejahatannya.
Jaka Tarub adalah salah satu cerita legenda yang terkenal di Indonesia dan memiliki banyak versi. Adaptasi cerita bertipe Swan Maiden dalam berbagai daerah ini menampakkan kekhasan atau warna lokal masing-masing daerah dan menjadikannya milik masyarakat daerah setempat. Adapun pengadaptasian cerita legenda menjadi bentuk yang lebih modern bermaksud untuk menjadikannya lebih membumi dengan kehidupan sekarang, tetapi proses yang kurang matang malah menyebabkannya menjadi cerita yang tidak utuh, ngambang, dan lepas konteks. Ketika mengadaptasi legenda menjadi cerita modern, latar belakang kehidupan masyarakat modern dengan konsep-konsep kehidupannya seharusnya turut pula membangun cerita tersebut, bukan sekadar tampilan luarnya saja.
Legenda sarat dengan petuah-petuah yang lahir dari filosofi kehidupan masyarakat, bukan hanya menjual tampang dan keglamoran. Jika mau membuat sinetron dengan memunculkan sudut pandang legenda, memerlukan konsep yang jelas, matang, dan keseriusan tinggi karena tidak ada karya luhur yang tercipta dari sebuah kesadaran yang sepele.

Soal ke-4
“Carilah minimal dua individu di media massa. Seorang mengalami dan menerima efek sosial yang positif dari media massa, dan seorang lagi menerima efek sosial yang negatif dari media massa (korban media massa). Apakah efek sosial tersebut berkaitan dengan peniruan, identifikasi (idola) belajar sosial, agresifitas/kekerasan, tambah pengetahuan, sikap menerima atau menolak, dan tindakan?”

Landasan Teori
Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau masyarakat secara luas sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar, brosur, baleho, buku, majalah, tabloid) dan media elektronik (radio, televisi, video, film, piringan hitam, kaset, CD/DVD). Media massa diidentifikasikan sebagai media sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku masyarakat.
Pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan masyarakat ke arah perilaku prososial maupun antisosial. Penayangan berkesinambungan mengenai laporan perang seperti laporan Perang Teluk, Perang di Somalia dan Sudan, penayangan film-film seri yang menonjolkan kekerasan, dianggap sebagai salah satu faktor yang mendorong perilaku agresif pada anak-anak yang melihatnya. Demikian juga penayangan adegan-adegan yang berbau pornografi dan pornoaksi di layar televisi sering dikaitkan dengan perubahan moralisasi serta peningkatan pelanggaran susila dalam masyarakat.
Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari:
1.    Skala kecil (individu/mikro) dan luas (masyarakat/makro)
2.    Kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi.
Media massa juga merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap individu. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari.

A.    Efek Positif
Saya ingin memulai dari individu yang mengalami atau menerima efek sosial yang positif. Saya mengambil contoh Briptu Nurman dan Udin Sedunia.
Belakangan ini nama polisi yang berpangkat rendah berasal dari gorontalo itu cukup geger seantero Indonesia. Hal tersebut terjadi setelah video lipsingnya dengan nyanyian india chaiya-chaiya menggaung kepermukaan (khalayak ramai). Ketika diwawancarai oloeh beberapa media briptu norman mengakui bahwa membuat video lipsing  itu hanya sekedar untuk menghibur temannya saat dinas yang sedang bermasalah dengan istrinya. Akan tetapi diam-diam dari salah seorang temannya mengirim video tersebut ke youtube hingga akhirnya dikethui oleh orang banyak, dan membuatt  briptu norman terkenal.
 Sebuah kejadian yang dialami oleh briptu norman ini yang membuat ia menerima efek positif dari sebuah media. Efek sosial tersebut berkaitan dengan identifikasi terhadap idolanya syahrukhan. Ia mengakui semenjak SMA ia memang fans ke syahrukhan. Tidak hanya itu kaset-kaset yang berkaitan dengan lagu-lagu  india banyak dikoleksinya dan dihapalnya.
Berlatar belakang karena sang idola tersebutlah kini briptu norman juga bisa merasakan jadi idola bagi orang yang mengidolakannya. 
Walaupun hanya sebentar ketenaran yang dirasakan oleh briptu norman, akan tetapi ia membawa pengaruh yang kuat dengan mencoba membuka dan mengingatkan kembali memori lama orang-orang tentang lagu india chiaya-chaiya syahrukhan yang dulu cukup terkenal. Tidak hanya itu ia juga membuat penyanyi-penyi lainnya untuk menciptakan chaiya-chaiya versi Indonesia.
Tidak hanya briptu norman akan tetapi banyak orang-orang yang mendapatkan efek positif dari media massa seperti Justin Bieber, sinta dan jojo, udin, dll. terkenal melalui youtube, dan mungkin masih banyak orang-orang sukses di luar sana yang tidak ter up date oleh media di mana menerima efek sosial positif melalui media massa dan menjadikan ia sebagai orang sukses.

B.     Efek Negatif
Dampak yang ditimbulkan media massa bisa beraneka ragam diantaranya terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial  atau nilai-nilai budaya. Di jaman modern ini umumnya masyarakat menganggap hal tersebut bukanlah hal yang melanggar norma, tetapi menganggap bagian dari trend massa kini. Selain itu juga, perkembangan media massa yang teramat pesat dan dapat dinikmati dengan mudah mengakibatkan masyarakat cenderung berpikir praktis.
Kasus yang dikaitkan dengan sepasang kekasih selebritas ini sebenarnya bukanlah hal baru dan satu-satunya yang mencuat di media massa. Kasus ini pernah juga terjadi pada tokoh politik serta selebritas lain di Indonesia. Kasus semacam ini (yakni kasus yang berkaitan dengan perilaku seksual individu atau sepasang kekasih) akan dengan mudah dan cepat sekali beredar melalui media internet dan media massa. Hal ini antara lain dikarenakan faktor “popularitas” para selebritas dan tokoh. Keterkenalan mereka inilah yang dijadikan “lahan subur” bagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Siapakah mereka yang berperan sebagai pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut? Mereka adalah pengedar foto ataupun video perilaku seksual.
Secara logika normal, mereka yang tidak bertanggung jawab ini tentu adalah orang-orang yang berada di luar diri selebritas yang “terintimidasi”.Tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia apabila pelaku sendiri (tokoh atau selebritas terkait) yang sengaja mengedarkan gambar atau video perilaku privasi mereka ke ranah publik. Pihak yang tidak bertanggung jawab ini bisa dikategorikan sebagai pihak “pembunuh karakter”.
Proses pembunuhan karakter berlangsung terhadap individu atau mereka yang “ditampilkan” sebagai pelaku. Bagi para selebritas atau tokoh terkenal di masyarakat, proses pembunuhan karakter ini berdampak pada kehidupan sosial mereka. Secara sosiologis, mereka akan mengalami alienasi, yakni sebuah keterasingan sosial dan keluarga, kelompok sosial, dan komunitas di mana mereka adalah anggota atau bagian dari keluarga, kelompok, dan komunitasnya. Mereka akan berusaha menghindar dari kehidupan dan pergaulan sosial sehari-hari mereka agar tidak terstigma negatif karena kasus ini akan berdampak pada citra diri dan harga diri tokoh atau selebritas. Mereka akan menghindari dengan penggemar fans-nya. Mereka tidak siap dan tidak mau menerima hujatan-hujatan dan fans mereka yang berbalik arah mencemoohkan mereka.
Secara ekonomi, kasus yang mereka alami ini dapat berpengaruh pada memudarnya popularitas dan berkurangnya pendapatan mereka. Hal ini akan berdampak pula pada pendapatan keluarga yang dinafkahi serta teman-teman seprofesi yang terkait dengan produktivitas mereka. Bahkan bisa saja mereka juga menghindar dari pertemuan dengan anggota keluarga dan kerabat dekat mereka.
Sebagai tokoh idola, biasanya apa yang dilakukan atau ditampilkan oleh tokoh tersebut akan mudah ditiru oleh pemujanya. Pemuja sering berperan imitasi dari tokoh yang diidolakannya. Secara ideal dan sosiologis, dalam sebuah bangsa, kalangan usia produktif ini adalah tulang punggung negara. Sebagai tulang punggung negara tentu ada harapan bangsa untuk menjadikan kaum muda ini berakhlak mulia, bermonal baik, serta berbudi pekerti santun dan beradab.
Dampak lainnya yaitu adanya kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme. Dengan perkembangan media massa, apalagi dengan munculnya media massa elektronik (media massa modern) sedikit banyak membuat masyarakat senantiasa diliputi perasaan tidak puas dan bergaya hidup yang serba instant Gaya hidup seperti ini tanpa sadar akan membunuh kreatifitas yang ada dalam diri kita dikemudian hari. Kemudian individu yang mengalami atau menerima efek sosial yang negatif sebagai contoh adalah Luna Maya dan Ariel Peterpan.

No comments:

Post a Comment

Copyright © Kumpulan Tutorial Urang-kurai