Kumpulan Tutorial: Komunikator Multimedia dalam Sistem Sosial - Akhlis Suryapati

Komunikator Multimedia dalam Sistem Sosial - Akhlis Suryapati


 KOMUNIKATOR MULTIMEDIA DALAM SISTEM SOSIAL
“AKHLIS SURYAPATI”
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas UTS
pada mata kuliah Sosiologi Komunikasi Massa




 

Disusun oleh:
AMIN ROIS
108051000036

KPI 6B

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
1.      LATAR BELAKANG
Dalam konsep dasar komunikasi, Harold D. Laswell mengemukakan sebuah komunikasi harus mencakup dari unsur-unsur komunikasi sehingga sebuah komunikasi menjadi efektif disampaikan dan diterima. Unsur-unsur tersebut terdiri dari komunikator (sender/source/communicator), pesan (massage), media (channel/saluran), komunikan (communican/recipient), dan effek (effect/influence).
Disini saya mencoba untuk studi komunikator multimedia dalam sistem sosial dengan objek Akhlis Suryapati. Mungkin bagi sebagian orang beliau tidak begitu dikenal atau belum pernah terdengar namanya. Tapi bagi saya beliau patut untuk di kaji sebagai komunikator multimedia dalam sistem sosial dengan apa yang telah dilakukan beliau sampai saat ini.

2.       BIOGRAFI SINGKAT
Beliau dengan nama lengkap Akhlis Suryapati Lahir di Kota Pati, tepatnya di Tayu. Kabupaten Pati, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Pati. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan di selatan, serta Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di barat.
Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu Gambar yang berupa: "keris rambut pinutung dan kuluk kanigara".
Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang terdapat juga pada kitab Babat Pati dan kitab Babat lainnya dua pusaka yaitu "keris rambut pinutung dan kuluk kani" merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbol kesatuan dan persatuan.
Barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.
Kabupaten Pati terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 400 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pati. Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Juwana dan Tayu, keduanya merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa, juga Kecamatan Winong.
Akhlis Suryapati atau akrab dipanggil Akhlis. Dia anak pertama dari 7 bersaudara, yaitu 4 laki-laki dan 3 perempuan. Ibunya bekerja sebagai guru madrasah di desa. Setiap kali mengajar semua anak-anaknya selalu diajak, termasuk Akhlis kecil. Jadi meskipun belum masuk ke sekolah dasar, Akhlis kecil dan adik-adiknya sudah pandai membaca, menulis bahkan berhitung.
Akhlis kecil tidak mengenyam bangku TK, karena dia dianggap mampu dan bisa langsung masuk ke sekolah. Hal itu terbukti saat ujian kwartal kelas dia selalu mendapat rangking pertama. Yang lebih menariknya lagi ketika masuk di kwartal kedua kelas satu dia langsung diikutkan ke kelas dua kwartal dua. Ibunya yang saat itu juga mengajar di sekolah dasar itu, madrasah miftahul jannah, termasuk guru yang disenangi dan disegani oleh guru-guru yang lain juga para murid.
Selain mengajar ibunya juga membuka banyak kios kecil berisikan pakaian, kebutuhan rumah tangga, bahkan kebutuhan sehari-hari. Saat ini ibu telah berhenti mengajar di madrasah, dan di gantikan adik perempuan Pak Akhlis yang lulus dari IAIN Walisongo Semarang. Sampai saat ini Ibu masih sehat dan segar. Kini klontong kecil didepan rumah yang berisikan kebutuhan pokok menyibukkan hari-hari beliau dengan ditemani bapak.
Dulu bapaknya hanya bekerja sebagai petani tebu. Sesekali saat panen tiba beliau juga bekerja di pabrik gula. Penghasilan dari menjadi petani tebu dan buruh pabrik dan juga gaji mengajar yang didapat ibu tidak mencukupi untuk menghidupi ke 7 anaknya. Akhlis kecil yang saat itu masih duduk di bangku kelas 5 madrasah terpaksa ikut paman ke Jepara dengan alasan keadaan ekonomi. Memang pamannya yang di Jepara keadaan ekonominya lebih mumpuni. Dari hasil kerajinan ukir paman di Jepara bisa dibilang untuk menghidupi keluarga bahkan keponakan masih cukup.
Akhlis kecil yang di temani adik keduanya tinggal di Jepara. Dalam tradisi di Jawa ketika ada keluarga yang kurang mampu atau keluarga yang pas-pasan keadaan ekonominya dan memiliki banyak anak, maka tradisi yang terjadi adalah mengikutkan salah satu atau lebih anak ke keluarga yang lebih mampu. Hal ini bisa dilakukan tanpa harus mengadopsi ataupun mengangkatnya sebagai anak angkat. Status tetap anak dari orang tua kandung, hanya saja tinggalnya dengan orangtua yang lain yang masih ada hubungan kekerabatan atau bahkan tidak sama sekali.
Selama dua tahun tinggal di Jepara, Akhlis kecil sekolah di SDN 04 Panggang Jepara, sedangkan sore harinya sekolah Madrasah As-Su’ada. Di Jepara dan sekitar tradisi yang berlaku atau bahkan kewajiban bagi anak-anak, selain belajar ilmu umum (IPA/IPS dan lain-lain) juga wajib belajar ilmu agama. Bisa jadi di pesantren atau juga di madrasah diniyah (keagamaan). Hal ini juga berlaku pada Akhlis kecil dan adiknya. Pada pagi hari mereka belajar di SDN dan sore di Madrasah As-Su’ada’.
Lulus dari SDN 04 Panggang Jepara, Akhlis melanjutkan ke PGA (Pendidikan Guru Agama) di Kudus. Saat memasuki tahun ke 3 akhlis mulai bandel dan jarang sekolah. Hebatnya lagi di sudah berani pergi ke Jakarta dalam waktu yang lama. Yang pasti dia ingin mendapatkan pengalaman yang lebih dari petualangannya tersebut. Akibatnya di ujian kwartal akhir kenaikan kelas dia tidak lulus karena banyak nilai yang kurang bahkan beberapa pelajaran tidak ada nilainya.
Menurut dia tidak naik kelas bukan akhir segalanya. Di tahun ke 4 dia pindah ke PGA Lasem dan tinggal di Pesantren yang di asuh Kiai Dulha. Di sana dia menyelesaikan tahun terakhir PGA-nya. Dan setelah lulus PGA lalu masuk ke SMEA Muhamadiyah Kudus (yang sekarang berubah menjadi SMA Muhamadiyah 1 Kudus). Karena ada permasalahan birokrasi dan peraturan, dimana lulusan PGA tidak bisa melanjutkan pendidikan ke SMA maupun SMEA, maka Akhlis sekolah lagi SMP dengan langsung masuk di kelas 3 untuk memenuhi syarat tersebut.
Pada tahun pertama di SMEA Muhamadiyah, Akhlis yang statusnya juga sebagai siswa dari SMP 01 Kudus mengalami perpanjangan tahun ajar secara nasional. Hal ini dikarenakana saat itu ada perubahan sistem pendidikan nasional, yaitu awal tahun ajar dirubah dari Januari menjadi Juli. Jadi pada tahun tersebut tahun ajar tersebut menjadi 1,5 tahun. Dia lulus sebagai siswa terbaik di SMEA Muhammadiyah Kudus lalu melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta.
Masa kuliah pada awalnya di jogja, yaitu di Universitas Sarjana Wiyata (Yayasan Taman Siswa) dia mengalami banyak perkembangan. Kegiatan yang semakin banyak seperti menulis, teater dan lain-lain. Hal ini yang membuat kuliahnya tergangu. Tepat di akhir semester tiga beliau pergi meninggalkan Jogja menuju Jakarta. Alasan yang paling kuat adalah tulisannya tentang angket sex di kalangan remaja Jogja. Melalui Koran Kedaulatan Rakyat (KR) pemberitaan ini membuahkan hasil yang sangat mengejutkan.
Membuat pro dan kontra pada saat itu adalah hal yang sangat mengkhawatirkan dan menguntungkan. Di satu sisi, saat itu rezim Soeharto bisa dengan semena-mena menghukum orang dengan alasan untuk menjaga kestabilan nasional. Di sisi lain dia menjadi wartawan yang terkenal. Pindah ke Jakarta bukan hanya kabur, tapi diminta untuk pergi oleh teman-temannya. Bahkan pimpinan redaksi Majalah Sarinah Jakarta sendiri langsung melayangkan surat khusus untuk merekrutnya untuk menjadi wartawan di majalahnya.

3.      ORGAN / ORGANISASI / KOMUNITAS
Akhlis Suryapati terlahir dari keluarga yang sangat fanatik akan agama. Tidak hanya dikalangan keluarga, tapi masyarakat sekitar pun juga fanatik. Terlebih fanatik organ antara Muhammadiyah dan NU. Ibu ikut organisasi NU, ayah Muhammadiyah, sedangkan di sendiri tidak mengikuti sepenuhnya keduanya. Kalaupun suatu saat dia ikut solat subuh yang imamnya tidak menggunakan qunut maka dia juga tidak menggunakan qunut. Atau juga ketika ada tetangga yang meninggal dan keluarganya mengundang tetangga untuk membaca Yasin Tahlil pun dia juga ikut.
Dari keluarga yang fanatik agama, Muhammadiyah dan NU membuatnya seakan malah tidak perlu ikut Muhamadiyah ataupun NU. Yang lebih penting menurutnya adalah sholat, meskipun itu dengan cara yang berbeda atau cara yang aneh sekalipun. Fanatisme membuatnya menjadi pluralis yang menghasrgai perbedaan dan prinsip.
Ketika di PGA beliau malah dikenal sebagai muhammadiyah. Dan hasilnya dia diangkat menjadi ketua Ikatan Pemuda Muhammadiyah. Saat menjadi Ketua IPM (Ikatan Pemuda Muhammadiya) dia mendirikan teater di PGA tersebut. Saat memasuki tahun ketiga di PGA, dia pun lebih suka berada di luar kelas karena lebih bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman.
Mulai saat pertama masuk PGA dia memang dikenal sebagai siswa yang bandel karena jarang mengikuti pelajaran. Tapi disisi lain dia selalu di peringkat pertama dan ketika di luar pun sering kali mendapatkan juara bersama komunitas teaternya. Alhasil ruang kepala sekolah penuh dengan prestasinya bersama teman-teman. Karena itulah para guru tidak ada yang memarahi bahkan malah bangga dengannya.
Saat di SMEA Muhammadiyah pun dia terpilih menjadi ketua IPM tingkat SMA. Disana pun dia kembali mendirikan komunitas teater. Ketenarannya dengan bejibun prestasi membuat teater tersebut sering pentas. Jiwa seni yang diajarkan oleh alam kepadanya memberikan inspirasi pada setiap pertunjukan yang dibawakan. Selain berteater dia juga mendirikan majalah dinding SMEA. Dan beberapa kali tulisan yang dibuatnya masuk di koran lokal.
Memasuki kota Jogja pun kemudian dia tidak fokus pada perkuliahan di Universitas Sarjana Wiyata, tapi dia lebih fokus pada Komunitas Arisan Teater. Komunitas teater yang lebih dulu ada sebelum dia datang. Selain di teater dia menjadi wartawan lepas Harian Kedaulatan Rakyat Jogja. Honor yang didapat dari menulis di KR lebih dari cukup untuk setingkat mahasiswa. Hal ini dikarenakan dia telah lama dikenal sebagai wartawan, meskipun dulu masih SMEA tapi tulisannya sering dimuat di koran lokan bahkan sesekali di koran nasional.
Tidak lepas dari Muhammadiyah, dia saat menjadi mahasiswa kembali terpilih menjadi ketua Ikatan Pemuda Muhammadiyah yang saat itu adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Padahal dia sendiri tidak menganggap dirinya sebagai pemuda muhammadiyah yang baik ataupun sesuai. Hanya karena dari dulu menjabat sebagai ketua sedari smp, maka kuliah pun menjadi ketua lagi. Tapi dia lebih fokus mengikuti kegiatan teater dan menulisnya.
Di tahun kedua dia sudah tidak lagi aktif di kuliah, lebih tepatnya cuti untuk selamanya. Komunitas arisan teater dan menulisnya lebih penting dan disukainya. Terbukti selain menulis di KR, dia sering kali dimintai tulisan tentang kebudayaan dan lainnya oleh berbagai macam media. Termasuk kemudian mengisi di radio jogja berupa sandiwara radio maupun narasumber.
Selama satu tahun kegiatan teater dan menulisnya lebih maju. Dan akhirnya tulisan mengenai angket sex remaja Jogja pun menggemparkan Jogja sendiri bahkan sampai nasional. Meninggalkan jogja dengan berjuta kenangan dan pengalaman.
Awal di Jakarta menjadi wartawan di Majalah Sarinah yang kemudian berganti nama menjadi Majalah Srikandi. Saat itu beliau juga menjadi wartawan lepas di berbagai media. Tulisam-tulisan yang dianggap mengkhawatirkan pemerintah malah dianggap bagus oleh para wartawab lainnya. Namanya cepat terkenal dikalangan wartawan di Jakarta. Tawaran kerja baik menjadi wartawan, pimpinan redaksi dan lain-lainnya pun pernah singgah di perjalanannya. Bahkan sempat beberapa tokoh partai politik dari oposisi Soeharto pun mencoba menggaetnya.
Idealisme yang tinggi dan kuat membuatnya tidak terpengaruh dengan tawaran-tawaran partai politik. Terikat di sebuah media pun beliau tidak mau. Beberapa tahun kemudian beliau memilih menjadi wartawan lepas di semua media. Mulai dari Tempo, Kompas, Suara Merdeka dan media nasioal lainnya juga yang lokal menjadi lebih sering meminta tulisan beliau. Dari cerpen juga scenario film pun pernah beliau tulis dikarenakan untuk memenuhi pesanan dan lahan untuk menuangkan ide serta pemikiran.
Berbagai organisasi pernah beliau pimpin. Beberapa tahun yang lalu pernah menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang berkantor di Kuningan. Merambah ke dunia perfilman beliau sering menjadi penulis scenario dan menjadi produser. Saat ini beliau masih menjabat sebagai anggota Bandan Penerangan Perfilman Nasional (BP2N) dan Lembaga Sensor Film (LSF). Bahkan beliau juga menjadi ketua umum Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI), Jejaring Komunitas Film yang bergerak di bidang pelatihan atau worshop ataupun produksi dan screening film.
Awal di Jakarta menjadi wartawan di Majalah Sarinah yang kemudian berganti nama menjadi Majalah Srikandi. Saat itu beliau juga menjadi wartawan lepas di berbagai media. Tulisam-tulisan yang dianggap mengkhawatirkan pemerintah malah dianggap bagus oleh para wartawab lainnya. Namanya cepat terkenal dikalangan wartawan di Jakarta. Tawaran kerja baik menjadi wartawan, pimpinan redaksi dan lain-lainnya pun pernah singgah di perjalanannya. Bahkan sempat beberapa tokoh partai politik dari oposisi Soeharto pun mencoba menggaetnya.
Idealisme yang tinggi dan kuat membuatnya tidak terpengaruh dengan tawaran-tawaran partai politik. Terikat di sebuah media pun beliau tidak mau. Beberapa tahun kemudian beliau memilih menjadi wartawan lepas di semua media. Mulai dari Tempo, Kompas, Suara Merdeka dan media nasioal lainnya juga yang lokal menjadi lebih sering meminta tulisan beliau. Dari cerpen juga scenario film pun pernah beliau tulis dikarenakan untuk memenuhi pesanan dan lahan untuk menuangkan ide serta pemikiran.
Berbagai organisasi pernah beliau pimpin. Beberapa tahun yang lalu pernah menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang berkantor di Kuningan. Merambah ke dunia perfilman beliau sering menjadi penulis scenario dan menjadi produser. Saat ini beliau masih menjabat sebagai anggota Badan Pusat Perfilman Nasional (BP2N), di Lembaga Sensor Film, Ketua Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (Senakki), Jejaring Workshop Kreatif Indonesia, dan masih banyak lainnya.

4.      PROSES KOMUNIKATOR DARI PEMULA MENJADI MAHIR
A.    Teater
Mulai berkesenian sejak SD. Pertama kali saat pelepasan kelas 6 SD dimana akhlis kecil masih duduk dibangku kelas 5 SD menampilkan sandiwara kecil-kecilan. Karena tertarik dengan sandiwara tersebut maka mulailah dia belajar sendiri (otodidak). Baru setelah masuk PGA dia mencoba belajar dari teman yang telah belajar teater di daerah kudus.
Keinginan menjadi seniman bukan hanya sekedar isapan jempol belaka. Dia memberanikan diri untuk mengajak teman-teman mendirikan kelompok teater di PGA. Di tahun kedua pun dia dan teman-teman menerima tawaran untuk pentas disebuah perayaan Milad Muhammadiyah.
Sempat pergi ke Jakarta hanya untuk mengikuti pentas teater. Dengan meninggalkan ujian kwartal terakhirnya membuat dia tidak naik kelas. Sepulang dari Jakarta dia memutuskan untuk tidak melanjutkan di PGA tersebut. Karena baginya berkesenian lebih penting dari pada sekedar bangku sekolah. Teater lebih bisa memberikan kepuasan batin dan jiwa.
Dari teater dirinya menjadi mulai terkenal. Dan dari sinilah perjalanan dimulai untuk menjadi public figur.
B.     Menulis
Berawal dari iseng-iseng menulis puisi dan kemudian disertakan dalam pengadeganan di teater yang dibawakan beliau. Lalu kemudian memasuki ranah naskah teater yang sederhana tapi berulang dipentaskan. Sempat juga naskah-naskah teater dipentaskan oleh kelompok selain dari kelompok beliau. Naskah yang dibuat mudah dipahami dan lebih mengena ceritanya.
Dari puisi yang dipentaskan sebagian dikirim ke beberapa koran lokal. Dimuat di koran tentu saja mendapatkan royalti. Meskipun pada awalnya tidak terlalu besar tapi royalti yang didapat cukup untuk membeli jajan dan ala kadarnya kebutuhan. Kondisi ekonomi orang tua yang tidak lagi mengirimkan uang makan apalagi uang jajan, membuat dia semakin terpacu untuk terus menulis.
Alhasil saat dia masih PGA di Lasem tapi namanya sudah terkenal di seantero Semarang maupun Jogja. Ketika kuliah di Jogja pun dengan mudahnya dia menjadi wartawan di harian Kedaulatan Rakyat. Tulisan-tulisan yang profokatis dan kritis adalah menu utamanya. Tentu saja dibalut dengan bumbu-bumbu kebudayaan untuk memperhalus.
Dikarenakan menulis juga dia tidak menyelesaikan kuliah di Universitas Sarjana Wiyata di Jogja. Lebih lincah mesin ketik dan pena di tangannya daripada bangku kuliah yang membosankan. Kali ini honor yang diterima lebih banyak dan cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Bahkan selama tinggal di Jogja dia mampu menyewa rumah sederhana dengan kamar utama dan kamar-kamar lainnya. Padahal saat itu masih jarang mahasiswa yang berani mengontrak sendiri, apalagi mengontrak rumah. Biasanya sekeotak kamar diisi dengan dua atau tiga orang saja.
Nama akhlis suryapati sang wartawan kritis pun menghiasi halaman-halaman di berbagai media. Saat menulis pemberitaan hasil angket sex remaja Jogja pun membuat Jogja khususnya, bahkan seluruh Indonesia gempar.
Hijrah ke Jakarta untuk menghindari ancaman dari orang-orang tidak inginkan maupun dari pemerintah. Alasan lainnya adalah karena dari Jakarta beliau dijamin keselamatannya oleh pimpinan majalah Sarinah. Beliau direkrut khusus setelah peristiwa tersebut. Kemudian dari situ beliau bangkit dan menulis kembali. Tulisannya banyak sekali menghiasi Kompas, Tempo, dan lainnya. Sampai saat ini beliau masih sering menulis di media.
Sempat juga menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia karena kredibilitas dan jam terbang beliau yang sudah tidak diragukan lagi.
C.     Film
Saat pertama kali memasuki dunia perfilman beliau memulai dengan menulis naskah. Sperti halnya menulis naskah teater. Tapi lambat laun beliau mencoba bermain menjadi aktor dan produser film. Setelah menggarap berbagai tayangan televisi dan iklan layanan masyarakat maupun komersil beliau lebih sering membuat naskah dan menulis di media.
Film layar lebar pertama yang disutradarainya adalah “Lari dari Blora”. Mengisahkan kebudayaan masyarakat Samin yang anti modernitas dan anti peraturan pemerintah. Samin adalah sebuah suku kecil yang berada di Blora Pati. Melalui film tersebut dia ingin menyampaikan kebudayaan, tradisi lokal, dan realita yang terjadi di sebuah masyarakat di Indonesia.
Menjabat sebagai anggota Badan Penerangan Perfilman Nasional (BP2N), kemudian Lembaga Sensor Film (LSF) dan Ketua Umum Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (Senakki) adalah kegiatan yang menjadi aktivitas kesehariannya. Sesekali menjadi juri, moderarot ataupun narasumber di bidang perfilman di berbagai tempat. Dari kalangan umum, mahasiswa, sampai pemerintah sendiri.
D.    Lagu
Selain Teater dan Film, seni tarik suara pun pernah dilakoninya. Dari qosidah hingga lagu klasik pernah dinyanyikannya. Ojo Sembrono adalah lagu tenar yang pernah dibawakannya bersama grup Nyanyian Santri Pesisir Tayu. Selain itu banyak lagi lagu-lagu qosidah yang dibawakannya.
Berbekal dari menulis syair dan pantun yang pernah dilakoninya maka banyak lagu yang diciptakan. Pada soundtrack film Lari dari Blora pun ke 8 lagunya diciptakan olehnya sendiri. Keempat lagu dinyanyikan sendiri. Kesemuanya digarap dengan nada dan syair alami yang syarat akan kebudayaan masa lampau. Serasa alunan kolaborasi bimbo, chrisye, dan iwan fals yang dipadukan dalam satu panggung.



5.      KESIMPULAN
Akhlis Suryapati adalah sosok figur yang mengalami berbagai tahapan dan lingkungan yang sangat heterogen. Dari pengalaman yang beliau ceritakan beliau terlahir dari masyarakat yang sangat fanatik, mulai dari Muhammadiyah, NU, serta yang lainnya, tapi hal tersebut malah menjadi pribadi beliau penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan. Bagi beliau tidak masalah apakah Muhammadiyah atau NU bahkan Ahmadiyah sekalipun, yang terpenting adalah melakukan kebaikan.
Dari pengalaman batin dan pengalaman intelektual dan kebudayaan membentuk karakter dan kharisma beliau masih berasa sampai saat ini. Terutama di kalanga para wartawan senior. Proses beliau menjadi public figur dan komunikator multimedia dalam sistem sosial pun tidak terjadi begitu saja. Melalui tahapan-tahapan yang perlahan namun pasti. Berawal dari teater kemudian adanya keinginan untuk diketahui bahwa kelompok teaternya pentas disebuah tempat maka dibuatlah berita acara tersebut. Lalu di dunia pemberitaan beliau merintis sejak masih PGA hingga terkenal dengan pemberitaan fenomenalnya kemudian ketika di Jakarta beliau diangkat menjadi Ketua PWI.
Figur beliau patut untuk ditiru dan memang cocok sebagai public figur, terlepas dari kekurang yang dimilikinya. Karena setiap manusai memiliki kelemahan dan kelebihan, begitu juga beliau.


BIODATA

Nama                                :    Akhlis Suryapati
Tempat lahir                       :     Pati, Jawa Tengah.
Tanggal lahir                      :     3 Januari 1963
Kebangsaan                       :     Indonesia
Agama                               :     Islam
Nomor Paspor                    :     IDN P 786967
Nomor KTP                       :     09-5402-020161-0402
Alamat                               :     Kompleks Taman Buaran Indah I Blok G 1a
                                                Klender, Jakarta Timur
Pendidikan                        :     Sekolah Tinggi Ilmu Hukum IBLAM Jakarta
                                                Program Pendidikan Jurnalistik (PWI Jaya)
                                                Program Pendidikan Dasar Sinematografi (PPHUI)
                                                Disain Grafis-Komputergrafik (Pos Kota Group)
                                                Program Pendidikan Metodologi Riset (LP3ES)
                                                Kursus Bahasa Inggris (ILP Jakarta)
                                                Kursus Bahasa Prancis (CCF Jakarta)
                                                SD, SMP, PGA Islam 4 Tahun, SMU.
Pekerjaan                           :     Wartawan, Penulis, Pekerja Seni dan Film
Jabatan                               :     Ketua Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia
                                                Anggota LSF periode 2005-2008 dan 2008-2012
                                                Redaktur Harian Terbit Jakarta
                                                Dewan Redaksi Majalah Apa Kabar Jakarta

PENGALAMAN KEGIATAN
·         Menulis Cerita Pendek, Novel, Naskah Drama, Skenario Film, dan Karangan Non Fiksi.
·         Menyutradarai film, video klip, program televisi.
·         Mencipta lagu dan menyanyi untuk album rekaman.
·         Menjadi penyelenggara dan panitia berbagai kegiatan pertunjukan, pameran, festival, untuk tingkat na­si­onal dan internasional.
·         Menjadi pembicara, narasumber, dalam seminar, workhsop,  dan diskusi masalah media massa, seni budaya, dan film.

PENGALAMAN PEKERJAAN
·         Mingguan Minggu Pagi-Kedaulatan Rakyat Yogya   (1981-1983, sebagai reporter)
·         Majalah Remaja Srikandi (1983-1984, sebagai redaktur)
·         Majalah Kriminalitas dan Pencegahan (1985, sebagai redaktur)
·         Majalah Zaman (1985-1986, sebagai reporter),
·         Majalah Matra (1987, sebagai reporter)
·         Majalah Film (1988     sebagai reporter, 1993 sebagai Redaktur Pelaksana)
·         Majalah Laras (1987-1988, sebagai redaktur)
·         Ma­jalah Serasi (1989-1993, sebagai Redaktur Pelaksana)
·         Harian Pos Kota (1988-1999 sebagai Redaktur Khusus)
·         Harian Terbit (1994 sampai sekarang, sebagai redaktur)
·         Rumah Produksi Bintang Advis Multimedia (1997--2001 sebagai pe­­nulis naskah untuk sejumlah program televisi)
·         Rumah Produksi In­docroma Proadvi (1998-2001) sebagai Pimpinan Kreatif
·         Pe­ru­sa­ha­­an Rekaman PT Sutra Indomusik (1998-2003) sebagai Produser
·         Ru­­mah Produksi RKC Production (2002-2003) se­ba­­­gai Direktur Kre­atif
·         Rumah Produksi Jogjakartun (2002-2004) sebagai Su­per­vi­­sor Kreatif
·         Jaringan Workshop (sejak 2004) se­bagai Direktur
·         Mendirikan Kreativa Art-Workshop and Artshop (sejak 2010)

PENGALAMAN BIDANG FILM/ PROGRAM TV: 
·         Menulis ten­tang masalah perfilman dan kritik film di sejumlah media massa sejak 1984.
Tahun 1986 masuk nominasi sebagai Penulis Kritik Film Terbaik FFI. 
·         Karya film antara lain:
-          Lari Dari Blora (Sutradara dan Penulis Skenario, film layar lebar, Ibar Pictures),
-          Sejarah Film Indonesia (Sutradara dan Skenario, Film Dokumenter, Depbudpar),
-          8 Detik (Sutradara dan Skenario, Film Cerita, BNN)
-          Out of Drugs (Sutradara dan Skenario, Film Cerita, BNN),
-          Biosafety Medical (Sutradara, Film Dokumenter, PT Merck Indonesia),
-          Java in Hong Kong (Sutradara, Film Dokumenter, Jaringan Workshop),
-          Habis Terang Menjelang Gelap (Sutradara dan Skenario, Film Pendek, Jaringan Workshop),
-          Mimpi Buruk Seorang Gadis (Sutradara dan Skenario, Film Pendek, Jaringan Workshop),
-          Cagar Samin (skenario si­netron cerita lepas--TPI),
-          Hari-Hari Syafei (Skenario semi do­ku­men­ter-kerjasama TV-TV Asean), 
-          Sinetron seri Kicau-Kicau (ske­nario- RCTI),
-          Bunga Pesisir (skenario--ANteve),
-          Mr Hologram (ske­nario--Indosiar),
-          Infotainment Buletin Sinetron (su­­tra­dara, skenario--RCTI),
-          Infotainment Cek dan Ricek (Penulis naskah-RCTI),
-          Program Tip&Trik (Su­tra­dara/penulis nas­kah-TPI),
-          Program Kiat-Kiat Usaha Kecil (sutradara/penulis naskah--TPI dan Indosiar),
-          Pro­gram Kipas-Kipas (Sutradara/pe­nulis naskah--TPI),
-          Sinetron Komedi Putar (15 e­pi­sode, penulis skenario-TVRI),
-          Program Festival Film Indonesia (52 episode, Jaringan Kreatif, TVRI, sebagai sutradara dan produser), 
-          Sinetron Jalan Takwa Rentenir (pe­nulis skenario, Sinemart, SCTV),
·         Puluhan Video Klip Lagu (sebagai sutradara), se­jum­lah Video Dokumenter/ /Iklan (script dan sutradara). 
·         Karya skenarionya, Cagar Pelarian dan Java Aura menjadi pemenang dalam Lomba Penulisan Naskah Skenario Film Cerita Program Film Kompetitif Depbudpar.

KEGIATAN BIDANG MUSIK DAN REKAMAN:
·         Album Menyorong Rem­bu­lan Emha Ainun Nadjib  (Produser--1998),
·         Shalawat Badriyah Ar­tis Songo (Produser--1999),
·         Nyanyian Santri Pesisir Ojo Sembrono  (produser, pencipta lagu, dan penampil--2000),
·         Lautan Cahaya (pen­cip­ta lagu dan penampil 2002),
·          Soundtrack film Lari Dari Blora (Pencipta Lagu—2007).

KEGIATAN KEPENULISAN:
·         Aktif menulis di media massa sejak 1979, me­liputi  karangan fiksi (Puisi, Cerpen, Cerber), opini (Essay, Ko­lom), dan features (masalah sosial, politik, budaya, kesenian), di ber­bagai media massa cetak.
·         Karya dalam bentuk buku, antara lain dalam  Buku Kumpulan Cerpen Kompas Terpilih 1981-1990 Riwayat Negeri yang Haru, dan Bendera-Bendera Kuning,
·          Tragedi Djarot (No­vel Jurnalistik),
·         Pesta Rebana (Novel),
·         Jejak Perempuan (Novel),
·         WC  (Kumpulan Cerpen), 
·         Ayat-Ayat Setan Yahudi (terjemahan sebagai editor),
·         Peran Pers Menegakkan Pancasila (sebagai editor),
·         Setengah Abad Festival Film Indonesia (editor).
·         Hari Film Nasional, Tinjuan dan Retrospeksi (karya ilmiah, penulis)


KEGIATAN FESTIVAL:
·         Produser Pelaksana Tour pentas Drama AIB Teater Mandiri Putu Wijaya di Jakarta, Bandung, Salatiga (1987).
·         Produser, Penulis Naskah; Drama Balada Paijo Studio Dua di Jakarta 1988.  
·         Produser Pelaksana Pentas Drama Upeti Teater Gandrik di Jakarta 1989
·         Ketua Umum Anugerah PWI Musik Indosiar (1994)-  SCTV (1995)
·         Anggota Juri Festival Lagu Sumpah Pemuda tingkat Nasional (1996)
·         Anggota Panitia Festival Sinetron Indonesia (FSI--1990--1995),
·         Anggota Delegasi Festival Film Asia Pasifik di Cheju, Korea Selatan (1996),
·         Anggota Delegasi Festival Film Asia Pasifik di Bangkok, Thailand (1997),
·         Deputi Public Relation Festival Film Asia Pasifik 2001 (FFAP) di Jakarta,
·         Delegasi Indonesia di Kuala Lumpur World Film Festival di Malaysia (2002),
·         Ketua Penyelenggara Festival Orkes Dangdut di Jakarta (2003), 
·         Ketua Bidang Humas dan Publikasi Festival Film Indonesia (FFI) 2004,
·         Wakil Ketua Kelompok Kerja Program Film Kompetitif Depbudpar 2004-2005
·         Anggota Juri Lomba Penulisan Essai Film Nasional, Perpustakaan Nasional  (2008).
·         Ketua Bidang Humas dan Publikasi Festival Film Asia Pasifik 2008 di Jakarta.
·         Ketua Pelaksana FFI tahun 2008
·         Ketua Pelaksana Hari Film Nasional 2008
·         Anggota Juri Lomba Penulisan Story Line Ristek dan Teknologi (2009)
·         Anggota Dewan Juri Festival Film Kearifan Budaya Lokal (2009-2010)
·         Ketua Umum/Penanggungjawab Festival Film Kine Klub (2010-2011)

KEGIATAN ORGANISASI/KELEMBAGAAN:
·         Pengurus Ikatan Pelajar Mu­ham­madiyah (IPM) Daerah Pati (1978-1981),
·         Pengurus Lembaga Kesenian Beng­kel Seni Pati (1978-1983),
·         Pengurus Lembaga Musik Indonesia (LMI) Yogyakarta (1982-1984),
·         Anggota Nasional LSM Pusat Peranserta Ma­sya­rakat -PPM (1986-1987),
·         Pendiri dan Pengurus LSM Forum 15 (1997),
·         Pen­diri dan Pengurus Lembaga Kesenian Studio Dua (1988-1990),
·         Pendiri dan Penasehat Persatuan Artis Cilik Indonesia/PARCI (1997-2001),
·         Dewan Pertimbangan Or­­ganisasi Persatuan Artis Sinetron Indonesia/PARSI (1998-2003),
·         Ketua Ko­or­di­na­to­ri­at Musik Persatuan Wartawan Indonesia-PWI Jakarta (1997-1999),
·         Ketua PWI Jaya Sek­si Film dan Kebudayaan (1999—2003--2008),
·         Ketua Sekretariat Nasional Kine Klub In­donesia (SENAKKI) (2006—2010),
·         Anggota Lembaga Sensor Film (LSF) (2005-2008-2012).
·         Direktur Jaringan Workshop Film Society (sejak 2004).

No comments:

Post a Comment

Copyright © Kumpulan Tutorial Urang-kurai