Aku ingin mencium kaki ibuku
Aku bersalah padanya.
Terakhir beliau mengatakan “aku ingin engkau menjadi anak yang berguna”. Begitu dalamnya ucapan terakhir ibu. Aku sangat bersalah padanya. Sebelum berangkat kemarin aku ingin memeluk ibuku, tapi tak bisa.
Sosok yang seharusnya aku hormati itu selalu saja jauh saat aku dekat, tapi dekat saat aku jauh. Memang tragis yang terjadi antara aku dan ibuku. Aku sangat bangga padanya. Aku kini besar juga karena beliau. Aku sampai di sini pun juga karena beliau. Tapi aku tak pernah bisa berdamai saat bersama.
Sekali dua kali mungkin tidak apa, tapi sepertinya ini sudah lama terjadi dan berulang. Aku salah dan aku pun tahu. Tapi benar kata mereka, aku terlalu egois. Aku terlalu bersikukuh dengan apa yang ku inginkan. Sifat keras yang dimiliki ibuku benar-benar menurun penuh padaku, atau malah lebih dari ibuku. Jadi kami susah untuk bisa bertemu untuk berdamai.
Hanya satu yang ku inginkan, aku bisa ngobrol dengan ibu seprerti seorang sahabat. Aku sangat ingin bercerita. Aku ingin beliau tahu kalau aku juga ingin dicintai orang lain. Aku juga ingin mencintai orang lain. Aku juga ingin dicintai dan mencintai lawan jenis sebayaku.
Dunia ibuku dulu sangat berbeda dengan duniaku sekarang. Tapi beliau tak pernah bisa memahami perbedaan ini. Atau mungkin aku lah yang harus memahami dunian beliau yang terdahulu.
Tuhan, jika memang Engkau ada, aku sangat mencintaimu, ibuku, ayahku, kakakku, dan semua orang yang juga mencintaiku
Terakhir beliau mengatakan “aku ingin engkau menjadi anak yang berguna”. Begitu dalamnya ucapan terakhir ibu. Aku sangat bersalah padanya. Sebelum berangkat kemarin aku ingin memeluk ibuku, tapi tak bisa.
Sosok yang seharusnya aku hormati itu selalu saja jauh saat aku dekat, tapi dekat saat aku jauh. Memang tragis yang terjadi antara aku dan ibuku. Aku sangat bangga padanya. Aku kini besar juga karena beliau. Aku sampai di sini pun juga karena beliau. Tapi aku tak pernah bisa berdamai saat bersama.
Sekali dua kali mungkin tidak apa, tapi sepertinya ini sudah lama terjadi dan berulang. Aku salah dan aku pun tahu. Tapi benar kata mereka, aku terlalu egois. Aku terlalu bersikukuh dengan apa yang ku inginkan. Sifat keras yang dimiliki ibuku benar-benar menurun penuh padaku, atau malah lebih dari ibuku. Jadi kami susah untuk bisa bertemu untuk berdamai.
Hanya satu yang ku inginkan, aku bisa ngobrol dengan ibu seprerti seorang sahabat. Aku sangat ingin bercerita. Aku ingin beliau tahu kalau aku juga ingin dicintai orang lain. Aku juga ingin mencintai orang lain. Aku juga ingin dicintai dan mencintai lawan jenis sebayaku.
Dunia ibuku dulu sangat berbeda dengan duniaku sekarang. Tapi beliau tak pernah bisa memahami perbedaan ini. Atau mungkin aku lah yang harus memahami dunian beliau yang terdahulu.
Tuhan, jika memang Engkau ada, aku sangat mencintaimu, ibuku, ayahku, kakakku, dan semua orang yang juga mencintaiku
No comments:
Post a Comment