Kumpulan Tutorial: Komunikasi Antar Pribadi ( studi komunikator )

Komunikasi Antar Pribadi ( studi komunikator )

DARI SILAT HINGGA REPTIL
             Jum’at malam kemarin aku di sedang memperbaiki komputer di rumah teman. Saat perjalanan pulang ke kosan sebuah sms masuk ke handphone ku. Itu sms dari teman kelas ku, Abdul Hamid. Samar-samar aku membaca sms itu. Mungkin karena kurang fokus membacanya aku malah teringat dengan ajakan Zakky yang juga teman kelas untuk pesta bakar ayam di rumah Hamid. Langsung saja aku melanjutkan ke rumah hamid.
Aku pernah ke rumah ke rumah Hamid sebelumnya. Meskipun tidak sering tapi aku ingat betul bagaimana rute yang harus ditempuh hingga sampai di rumah tersebut. Jln. Ciwulan RT 01/09 No. 19 Cipayung, Ciputat adalah alamat rumahnya. Tidak ada satu orang pun yang ada di luar rumah. Aku kira aku ditipu. Pada saat aku berhenti tepat di depan rumah hamid, pintu utama dibuka. Hamid pun keluar.
Aku bertanya dimana teman-teman dia pun mengatakan kalau tidak ada teman-teman dan hanya aku yang datang malam itu. Bukan untuk pesta. Sejenak aku sedikit jengkel karena merasa ditipu. Dan saat aku membaca ulang sms dari hamid ternyata memang tidak ada kata-kata pesta ataupun bakar-bakar ayam seperti yang dikatakan Zaky tempo hari. Aku hanya mengelus dada.
Daripada aku balik langsung ke kosan lebih baik aku istirahat sebentar di situ. Aku ingat ada tugas mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi yang kebetulan berkaitan teman ku ini. Handycamp yang setia menemani setiap perjalananku pun batreinya full dan ready untuk merecord setiap percakan kami. Sebelumnya aku basa-basi bertanya keadaan dan kabar hamid. Hingga aku mengutarakan kalau aku hendak merekam percakapan kami, tentunya mengarah ke pembahasan yang ditentukan ditugasku.
Nama lengkapnya Abdul Hamid. Anak pertama dari dua bersaudara. Dia berumur 20 tahun dengan 7 Januari 1991 sebagai hari kelahirannya. Dia keturunan Jawa Tulen, tapi lahir di Tangerang dan besar di Jakarta. Sedari kecil dia di Jakarta hingga saat ini. Sesekali dia balik ke Trenggalek Jawa Timur asal kedua orang tuanya. Hamid tinggal di Jakarta bersama ayah, ibu dan adik kecilnya yang masih berumur 1 tahun 2 bulan.
Jam di handphone ku menunjukkan pukul satu dini hari. Obrolan kami semakin mendalam. Sebotol air putih dan sebungkus rokok menemani obrolan kami. Aku tidak merokok, tapi hamid lah yang merokok.
Aku memancing obrolan kami dengan hobi yang pernah dimiliki Hamid. Wajar kalau seorang laki-laki mempunyai banyak hobi. Termasuk hamid yang juga memiliki banyak hobi. Tapi yang paling ditekuni ada beberapa saja. Berawal dari Seni Olahraga Bela Diri atau Silat. Dulu dari kecil hamid mengaku sangat senang dengan silat. Banyak aliran silat yang pernah dia pelajari. Hingga memasuki SMA dia memilih untuk perpindah hobi traveling atau jalan-jalan atau juga bagpacker.
Sebenarnya bukan berpindah kata hamid, tapi bertambah. Hanya saja memang diakuinya hamid saat itu lebih sering bepergian, mendatangi tempat-tempat baru untuk dikunjungi maupun dijelajahi. Hampir seluruh Jawa pernah dia kunjungi. Dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur pernah dia jelajahi meskipun belum sepenuhnya dan memndalam. Alasannya karena faktor finansial.
Kemudian obrolan kami mulai masuk ke hobi hamid yang sekarang. Hamid bilang, “Jadi waktu itu saat saya berkemah di gunung lawu, ada seorang teman yang sedang buang air ke sungai. Dan untuk melewati sungai tersebut harus melewati ilalang, dan saat itu teman ku itu nggak sengaja  tergigit ular yang orang jawa bilang Trunobanban. Warnanya hijau buntutnya merah, ular itu sangat berbisa. Akhirnya pas saat itu, teman ku itu kesakitan. Dan saat itu lokasi berkemah sangat jauh dari permukiman, akhirnya kita langsung turun untuk mendapatkan serum bisa, Cuma karena desanya sangat terpencil jadi serum itu sangat sudah didapat. Untuk turun kita membutuhkan 3-4 jam.”
Alhasil karena keterlambatan penyelamatan tersebut, hamid menjelaskan, “teman saya tersebut mengalami pembusukan pada luka yang tergigit, dan menyebabkan jari jempol tangan harus diamputasi, untungnya sih tidak sampai menimbulkan kematian.” Pengalaman tersebut membuat Hamid sendiri menyesak kenapa tidak ada satu orangpun yang saat itu berada ditempat tersebut yang mampu memberikan pertolongan. Minimal menahan bisa ular agar tidak lebih parah hingga teman tersebut mendapatkan perawatan medis. “Dari situ lah, saya mulai mempelajari berbagai reptil dan cara menanganinya,” tambahnya.
Dengan membaca dari buku dan internet serta cerita dari teman-teman yang hobi memelihara ular saya pun tambah tertarik dengan reptil. Bukan hanya ular yang hamid suka, tapi semua jenis reptil pun dia suka. Setelah beberapa waktu hamid mempelajari pengetahuan tentang reptil, barulah dia berani memegang ular dan reptil berbisa yang lainnya. “Makin bertambah pengetahuan saya tentang maka saya beranikan memelihara ular berbisa.”
Hobi bagpacker dengan hobi memelihara ular sangatlah berbeda. Kalo bagpeker itu lebih kepada jiwa, selalu mencari tempat baru yang belum pernah singgahinnya. Dan dari hal itu dia mendapatkan kepuasan jiwa. Sedangkan hobi memelihara reptil atau menjadi pecinta reptil karena adanya rasa prihatin dimana sekarang kita jarang melihat ular.
Saya merinding mendengar hal tersebut, bukan saja karena cerita hamid tentang rasa simpati pada ular, tapi juga karena hamid mengambilkan seekor phyton koleksinya dari dalam kamar. Dia berpendapat kalau setiap orang melihat ular pasti pikiran manusia untuk membunuh ular. “Karena kalo saya bilang, ular dan manusia dapat hidup berdampingan. Kalo dilihat dari tempat tinggal ular itu tidak 100% salah, karena hampir 100% manusia mengambil tempat tinggal ular tersebut, hal itu mengakibatkan ular tersebut menjadi agresif,” begitu dia bilang.
Hamid menggeluti dunia pecinta reptil sejak semester 2. Namun baru pada semester 3 memutuskan untuk memelihara. “Karena orang tua dirumah juga kurang suka, maka saya harus berjuang untuk meyakinkan orang tua saya. Bahwa ular tersebut dapat juga hidup berdampingan dengan kita,” alasannya ke pada keluarga.
Saat ini ada 17 ekor koleksi ularnya, namun tersebar di berbagai tempat. Ada yang dikosan teman sekitar 3 ekor di daerah kampung utan, dipondok cabe ada sekitar 10 ekor, sedangkan dirumah saya sendiri hanya ada 4 ekor.
Hamid mengaku kalau ular yang dipelihara sering ganti-ganti. “Bukan hanya FB (.red facebook) saja yang update, karena variasi ular sangat banyak dan saya ingin tahu semuanya.” Hamid berganti-ganti ular tidak hanya karena varian ular yang banyak. Dia selain memelihara juga memasarkan ular tersebut, “lumayan juga profit yang saya dapatkan.” Dia tidak begitu saja menjual kepada orang dengan harga yang telah disepakati, namun dia juga melihat kondisi si pembeli. Apakah pembeli tersebut juga pecinta ular. Apabila tidak, kasihan ular tersebut apabila tidak mendapat perawatan yang baik. Apalagi kalau ular tersebut hanya untuk dimakan dagingnya.
Selain itu hamid juga ikut dalam Komunitas Reptil Ciputat. “Saya gabung di Komunitas Reptil Ciputat, tapi saya tidak terlalu aktif mengikuti peraturan yang ada dalam komunitas tersebut.” Dia lebih memilih untuk independent dan tidak terikat dengan siapapun. Alasan yang lebih rasional adalah ketika bergabung dengan sebuah komunitas dan ada teman yang menginginkan ular atau reptil kita maka kita tidak bisa mendapatkan untung yang besar. “Yang ada cuma balik modal atau malah nombok karena biaya pemeliharaan ular, seperti makan, mandi dan lain-lain tidak dihitung”, begitu kilahnya.
Komunitas hanya untuk sekedar jejaring untuk menambah teman sesama pecinta ular. Pada awalnya belajar dari buku, internet, dan terkadang seminar-seminar. Sekarang karena dia rajin menambah pengetahuan tentang reptil, maka dia lebih banyak dimintai share pengetahuan dan pengalaman.
Kalau dulu keluarga sangat menentang hamid untuk memelihara ular dan retil lainnya, tapi sekarang ular dan kawan-kawan bukan masalah besar. Hal ini setelah orangtuanya mengetahui profit yang dapat dari hobi dan bisnis reptil ini. Semuanya malah balik mendukung. Terbukti dengan ular yang dia beli terakhir dengan harga lima ratus ribu itu setengahnya dari orangtuanya. “300 ribu dikasih sama bapak dan 200 ribu dari saya”.
Malam sudah beranjak pagi. Jam di tangan saya pun sudah menunjukkan pukul 3 pagi hari. Mata saya juga sudah mulai lelah. Ingin rasanya dihadapan saya bantal dan guling yang empuk. Tentu bukan dari ular atau reptil lainnya. Hamid sudah menjelaskan bagaimana sejarah dia memulai hobi pecinta ular, cara memelihara reptil, bisnis  reptil, dan lain-lainnya kepada saya. Tapi karena keterbatasan space yang saya miliki maka hanya beberapa yang saya tuliskan.
Saya menutup obrolan dengan menanyakan pesan dan harapan hamid kepada kita pecinta ular ataupun yang selain pecinta ular. “Buat teman-teman semuanya, harapan saya adalah agar kita tidak pernah lagi menyakiti ular. Kalaupun kita beralasan dari pada digigit ulat atau dibelit ular mending kita yang pergi atau mengusirnya dengan kayu ataupun bambu. Sebenarnya kita bisa menjadi teman. Bahkan seperti keluarga.” pesan sebelum obrolan kami tutup. Sedangkan dari saya kalau tidak ingin disakiti tolong jangan menyakiti.

* NB   :     Obrolan langsung di rumah Abdul Hamid
                   Jln. Ciwulan RT 01/09 No. 19 Cipayung, Ciputat
                   Dari jam 23.00-03.15 WIB
                   Hari Jum’at, 28 Mei 2011

No comments:

Post a Comment

Copyright © Kumpulan Tutorial Urang-kurai