Pages

Pages

Friday, October 23, 2009

Festival Film Eropa 2009 Hadir di 9 Kota

JAKARTA--Festival yang menampilkan film-film Eropa kembali digelar di Indonesia. Total 9 kota besar disingahi festival yang telah berlangsung semenjak tahun 1990. Puluhan film dari 21 negara Eropa akan dipertontonkan kepada publik Indonesia.


"Kami tentu bergembira dengan pelaksanaan Fesitival Film Eropa 2009, karena festival ini memiliki peran strategis guna menjembatani dua kebudayaan besar yakni Uni Rropa dan Indonesia," tutur Ewa Polano, Duta Besar Swedia dihadapan para wartawan, Kamis (22/10).

Dijelaskan Ewa, Uni Eropa memiliki karakter yang sama dengan Indonesia yang kaya akan ragam budaya. Begitu banyaknya, hingga mengalami kesulitan untuk memperkenalkan satu per satu. Oleh karena itu, film merupakan satu dari sekian banyak alternatif yang memungkinkan menghilangkan kesulitan dalam hal memperkenalkan kebudayaan.

Tak hanya menampilkan film-film Eropa, FFE juga menampilkan film-film pendek dari Indonesia. Selain itu, juga diselenggarakan berbagai workshop guna membahas berbagai dimensi tentang film dan kebudayaan.

Nantinya, salah satu workshop akan menghadirkan Katinka Van Heeren yang berbicara mengenai sinema kontemperer Indonesia. Konon, Heeren memiliki pengetahuan yang mendalam berkat studinya di Indonesia beberapa tahun lalu.

Penyemarak

Tak ketinggalan pameran-pameran sebagai penyemarak Festival Film Eropa. Seperti misal, Fashion Bola Awayday. Khusus acara ini hanya berlangsung di CCF, Bandung pada 3 November 2009. Nantinya, para mojang Bandung bakalan ditantang untuk menciptakan ide-ide kreatif dalam bentuk kostum atau CosPlay saat menonton pertandingan sepakbola.

Pameran lain yang juga turut menyemarakan festival adalah Pameran Gambar Uni Eropa. Nantinya, para anak-anak Indonesia akan menggambarkan bayangan mereka tentang Eropa. Lebih dari 100 anak-anak berusia umur 10 hingga 12 tahun dari berbagai sekolah di Jakarta akan turut serta.

Setiap gambar terbaik yang terpilih akan ditampilkan pada November di CCF (pusat kebudayaan Perancis), Salemba, Goethe Intitut Jakarta dan Europe House Banda Aceh.

Acara lain yang tak kalah menarik dan patut disimak adalah perayaan 10 tahun Reformasi Polandia di Eropa. Diceritakan reformasi Polandia yang berlangung Juni 1989 mengubah wajah Eropa khususnya Eropa Timur. Pameran ini terdiri dari 20 foto yang menceritakan kejadian bersejarah selama 10 tahun di Polandia.

"Kita ingin lewat festival kita bisa merasakan nuansa Eropa. Sekalipun film-film Eropa tidak setenar film Hollywood. Tapi patut ditonton karena merupakan jembatan yang paling ampuh untuk mengetahui perkembangan film Eropa," tukas Festival Direktur FFE, Lulu Ratna.

Disamping itu, kata Ratna, film-film Eropa tanpa disadari banyak mempengaruhi film-film Indonesia. "Film Eropa itu, memang terkenal dengan tradisi film yang panjang. Cara bercerita cendrung mendalam. Banyak hal yang mesti Indonesia pelajari," tukasnya.

Festival Film Eropa akan berlangsung 30 Oktober- 29 November 2009. Kota yang pertama disinggahi adalah Yogyakarta pada 30-31 Oktober, lalu dilanjutkan Bandung 2-3 November, Jakarta 6-13 November, Surabaya 14-15 November, Banda Aceh 16-20 November, Denpasar 21-22 November, Semarang 24-25 November, Medan 25-26 November dan terakhir Makassar 28-29 November.

Khusus di Jakarta, FFE akan berlangsung di 5 tempat yakni CCF (Pusat Kebudayaan Perancis) Salemba, Goethe House (pusat Kebudayaan Jerman), Erasmuis Huis (Pusat Kebudayaan Belanda), IIC (pusat Kebudayaan Italia) dan Bliztmegaplez. Acara sendiri tidak dipungut biaya. cr2/rin


take from: http://www.republika.co.id/berita/84356/Festival_Film_Eropa_2009_Hadir_di_9_Kota

Sunday, June 7, 2009

Selamat Datang Festival Film Anak

Melihat betapa pentingnya film bagi anak-anak di Indonesia, Yayasan Goelali akhirnya tergugah untuk menyelenggarakan GOELALI CHILDREN’S FILM FESTIVAL yang rencananya akan diselenggarakan pada liburan sekolah ini.

Goelali Children’s Film Festival atau Festival Film Anak Goelali adalah sebuah festival film international untuk anak dan remaja yang akan dimulai pada hari Minggu, 14 Juni 2009 hingga 20 Juni 2009 yang akan menampilkan pemutaran film selama 7 hari, forum diskusi, pameran dan berbagai kegiatan kreatif untuk anak, orang tua, guru dan semua orang yang berhubungan dengan dunia anak.

Festival film Goelali bertujuan untuk menciptakan sebuah sarana baru bagi anak usia 3 -16 tahun untuk mengenal dunia film dan perfilman secara lebih jauh. Goelali akan menghadirkan berbagai film tentang anak yang berkualitas dari mancanegara. Film tersebut beragam dari film pendek, feature films, animasi hingga film dokumenter. Film tersebut membahas berbagai hal mulai tentang lingkungan, multicultural, hingga nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Adapun tema dari festival Goelali tahun ini adalah “Keajaiban Dunia Film” / “The Magic of Film”.

Thursday, May 14, 2009

Film Benci Disko

HAMDAN (Denny Malik), jago disko dan cowok katro yang dipuja-puja di lingkungan rumahnya harus menikahi JUBAEDAH (cewek arab) dan LUSI (cewek cina) karena keburu hamil. Dasar geblek, dua istrinya ini dikontrakin bersebelahan di gang Kelinci. Sembilan bulan kemudian lahirlah dua anak laki-laki masing-masing dari Jubaedah karena arab bernama HARIM (Tora Sudiro) dan Lusi karena cina bernama SETIAWAN (Vincent Club80s). Kehidupan mereka makin kacau karena tiada hari tanpa cekcok di antara mereka

Sepuluh tahun berlalu sejak Hamdan meninggalkan keluarganya dan lari bersama perempuan gembrot dan anak perempuannya Harti. Sekarang Harim menjadi pelaut yang sudah berlayar selama lima tahun dan tidak pernah pulang sementara Setiawan merubah namanya menjadi Setiawanti. Hari itu Harim dan Setiawan pergi ke rumah sakit karena Hamdan mau memberikan wasiatnya sebelum dia meninggal. Tapi ternyata bukannya warisan tapi malah kewajiban yang mereka terima karena Hamdan menitipkan Harti (Poppy Sofia) ke mereka untuk dicarikan jodoh orang kaya yang ternyata cuma mau menikah dengan cowok yang jago disko. Harim dan Setiawan yang sumpah mati “benci disko” mau nggak mau menuruti karena kepepet

Pilihan Harti jatuh ke seorang cowok jago klasik disco bernama HERMAN AMIR (Ari Untung) yang ternyata murid AHMAD KHALID musuh bebuyutan Hamdan. Akankah Harim dan setiawan berhasil memenuhi permintaan Harti dan juga mengembalikan nama baik keluarga Hamdan...?

Mulai di bioskop 14 Mei 2009

Jenis Film : Comedy
Produser : Gope T. Samtani, Subagio S.
Produksi : Rapi Film
Durasi : 89

dari http://www.21cineplex.com/benci-disko,movie,2070.htm

Sunday, April 26, 2009

amin bio

dilahirkan dan dibesarkan di desa yang lumayan terpincil tidak membuatku menyerah untuk belajar. dulu aku bukan siapa-siapa, dan sekarang masih bukan siapa-siapa tapi aku percaya suatu saat nanti dengan keberadaanku akan dibicarakan oleh siapa-siapa (thanks buat my best big friend anas arif wibowo yang memberikan kata-kata itu, mungkin itu kata-kata orang lain, tapi aku tahu itu darimu, than thanks lagi). dalam keluarga yang boleh dibilang kecukupan untuk keperluan sehari-hari, aku tumbuh seperti anak-anak biasa yang seusiaku (baca: anak penurut). hanya saja sewaktu umur sebelas tahun aku menjadi anak yang rada bandel, menurut orang tua. hingga aku dikenalkan dengan pesanteren yang memang lebih dahulu dikenal oleh kakakku, abdul hamid elhawary. lebih awal kenal disini memang karena dia telah belajar di sana lebih awal dariku. meski hanya belajar baca al-qur'an, setiap sabtu dan minggu aku rutin "ngaji" di pesantren. entah kenapa aku saat itu sangat lugu merasa pesantren adalah jalan hidup yang harus ku lalui dan jalani, atau mungkin doktrin-doktrin dari teman serta pengasuh pesantren yang kuat padaku. pergulatan batin yang mulai ku rasakan serasa aku hanya ingin belajar secara total di pesantren dengan meninggalkan pendidikan formalku yaitu sekolah dasar. genap setahun aku belajar berkala akhir pekan di pesantren, aku hampir menyelesaikan sekolah dasar. keinginanku untuk totalitas di pesantren memuncak. kebingungan untuk memilih antara berontak pada orang tua karena aku hanya ingin total di pesantren dan kewajiban seorang anak patuh pada orang tua yaitu aku melanjutkan pendidikan formal ke SMP. akhir kebingunganku membuahkan keputusan orangtuaku untuk membawaku ke pesantren modern yang notabenya di dalamnya selain belajar ilmu agama aku juga akan mendapatkan pendidikan formal. seantero solo kami kelilingi, tapi tidak satupun pesantren yang cocok. dari mulut ke mulut kami dapatkan informasi tentang pesantren yang memenuhi kriteria yang aku inginkan (pesantren yang terdapat pelajaran aktif hafalan qur'an), sebuah pesantren nan jauh di Jogja. pesantren 

masih kah rasa untuknya

kami bukan saja orang yang menantang akan beratnya hidup, karena kami tahu kalau kami merasakan bahwa hidup itu berat, maka hidup ini akan terasa semakin berat dan bahkan lebih berat dari yang kami rasakan.
kami memang jarang terbuka satu sama lain, karena entah. kami seakan tahu masing-masing dari rasa yang ada dalam hati kami. hingga kami tak lagi menganggap hal-hal kecil itu penting. kami baru tahu sekarang kalau semua itu penting dibicarakan, meskipun itu kecil, sepele, bahkan seakan tak perlu dibicarakan haruslah dibicarakan.
namun kami tak tahu akan kah kami bisa memulai lagi rasa ini. kami hanya bisa berdoa pada Tuhan yang katanya ada, untuk membantu kami. sekarang kami tak lagi pernah bertemu, berjumpa, apalagi menyapa. celaka kami, kami susah untuk memulai lagi. kami tembok penghalang itu sekarang ada.
dan aku percaya aku bisa melewati tembok penghalang, pembukti itu, dulu, meskipun dia lenyap dimakan waktu dan keputus asaan yang entah dimulai dari dan diakhiri di mana. tembok penghalang itu memang sejak lama berdiri. tapi aku sering melupakannya, terlena akan rasa yang sedang ku miliki. 

Thursday, April 16, 2009

Kami ingin kau dekat

"tuhan kami ingin kau dekat"

suatu hari aku pernah dengar kalau tuhan itu seperti apa yang dirasakan hambanya. kami bukan tidak mengerti, tapi kami kurang paham kenapa tuhan seperti yang kami rasakan. kenapa itu seakan tuhan tidak punya daya, sementara yang kami tahu kalau tuhan itu maha daya dan dahsyat. tuhan tidak ada yang bisa mengatur. tapi tuhan lah yang mengatur segala.

al-barkah; 170409; 00.37;

Malam ini aku ingin melupakannya

malam ini aku sangat ingin melupakannya;



Tuhan, jika engkau sesuai apa yang aku pikirkan, maka aku ingin segera melupakannya. terserah besok aku meminta-Mu untuk mengembalikan ingatanku seperti semula, tapi aku mohon saat ini aku ingin dia menghilang dari hayalanku.
aku tak pernah benci pada apapun, dan siapapun. lain dengan malam ini, aku sangat membenci dirinya. dia tidak pernah berani mengambil keputusan yang pasti. sampai sekarang pun dia menggantungkan ku. tidak lagi ada kata cinta darinya. tidak pula kata mesra yang selalu ia ucapkan atau ia gombalkan.
Tuhan apa engkau sesuai apa yang aku pikirkan?
aku ingin menjadi seperti dirimu, tidak pernah berbuat dosa, tidak pernah disiksa, tidak pernah lapar, tidak pernah ngantuk, tidak pernah kecewa, tidak pernah takut, tidak pernah kalah, tidak ada duanya,,,
apa itu karena engkau lebih dulu ada Tuhan?
al-barkah; 160409; 02.03;

Tuhan serasa ada

"Kami yakin Tuhan itu masih ada"



barang kali mereka tahu jawabnya, mengapa diri kami yang merasakan, mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah ku.

kami merasakan tuhan begitu ada. bebeapa minggu terakhir kami merasakan tuhan seperti biasa. kami meminta entah pada siapa. kami beribadah entah kepada siapa. kami mengeluh pun pada siapa. kami kemarin hanya meniru tingkah ayah, ibu, dan kakak kami. bahkan mungkin kami melangkah seperti kami tak pernah melangkah. kami hanya melakukan apa yang biasa mereka kerjakan, apa yang mereka lakukan, lalu apa yang mereka katakan.
kami tak tahu persis kami ini seperti apa. kami tak mengenal diri kami secara semestinya. kami mencinta orang-orang yang kami anggap perlu dicintai dan memang kami mencintai mereka. hanya saja kami hidup merasa ada yang harus kami lakukan. kami tidak serta merta hidup dengan tanpa tujuan.
tuhan, maaf kami kemarin dalam kealphaan, yang kami tahu tapi kami bingung kenapa kami bingung.
tuhan, masih saja banyak dari kami yang meminta kepada mu tanpa memberi apapun kepada mu. apa itu benar tuhan? kami bertanya karena kami tidak tahu. bukan kami tidak percaya, tapi kami ingin tahu. tuhan, kami percaya kau maha mulia. kau juga maha kasih, maha sayang, maha segala maha.

al-barkah; 170409; 00.03;

Lahir

kami tidak hidup dalam masa yang berbeda;
banyak mengira kami terlahir untuk tidak bersama. aku lain, aku yakin kalau kami tercipta untuk bersama. kami keluar dari lubang dan asal yang berbeda, agar kami mengenal dan bersama.
kami tidak pernah meminta diciptakan untuk terlahir berbeda. aku rasa, aku meminta Tuhan yang ada, untuk menyatukan kami sejak lahir. tapi entah Tuhan, atau dia yang tidak berkenan, atau mungkin juga asal kami yang tidak menginginkan terlahir bersama.

al-barkah; 150409; 23.33;

Siapa dia, kenapa dia, apa dia

masih kah ada sisa rasa yang pernah ku miliki untuknya,,,

kami bukan saja orang yang menantang akan beratnya hidup, karena kami tahu kalau kami merasakan bahwa hidup itu berat, maka hidup ini akan terasa semakin berat dan bahkan lebih berat dari yang kami rasakan.
kami memang jarang terbuka satu sama lain, karena entah. kami seakan tahu masing-masing dari rasa yang ada dalam hati kami. hingga kami tak lagi menganggap hal-hal kecil itu penting. kami baru tahu sekarang kalau semua itu penting dibicarakan, meskipun itu kecil, sepele, bahkan seakan tak perlu dibicarakan haruslah dibicarakan.
namun kami tak tahu akan kah kami bisa memulai lagi rasa ini. kami hanya bisa berdoa pada Tuhan yang katanya ada, untuk membantu kami. sekarang kami tak lagi pernah bertemu, berjumpa, apalagi menyapa. celaka kami, kami susah untuk memulai lagi. kami tembok penghalang itu sekarang ada.
dan aku percaya aku bisa melewati tembok penghalang, pembukti itu, dulu, meskipun dia lenyap dimakan waktu dan keputus asaan yang entah dimulai dari dan diakhiri di mana. tembok penghalang itu memang sejak lama berdiri. tapi aku sering melupakannya, terlena akan rasa yang sedang ku miliki.

Sunday, April 12, 2009

Aku ingin mencium kaki ibuku

Aku bersalah padanya.

Terakhir beliau mengatakan “aku ingin engkau menjadi anak yang berguna”. Begitu dalamnya ucapan terakhir ibu. Aku sangat bersalah padanya. Sebelum berangkat kemarin aku ingin memeluk ibuku, tapi tak bisa.
Sosok yang seharusnya aku hormati itu selalu saja jauh saat aku dekat, tapi dekat saat aku jauh. Memang tragis yang terjadi antara aku dan ibuku. Aku sangat bangga padanya. Aku kini besar juga karena beliau. Aku sampai di sini pun juga karena beliau. Tapi aku tak pernah bisa berdamai saat bersama.
Sekali dua kali mungkin tidak apa, tapi sepertinya ini sudah lama terjadi dan berulang. Aku salah dan aku pun tahu. Tapi benar kata mereka, aku terlalu egois. Aku terlalu bersikukuh dengan apa yang ku inginkan. Sifat keras yang dimiliki ibuku benar-benar menurun penuh padaku, atau malah lebih dari ibuku. Jadi kami susah untuk bisa bertemu untuk berdamai.
Hanya satu yang ku inginkan, aku bisa ngobrol dengan ibu seprerti seorang sahabat. Aku sangat ingin bercerita. Aku ingin beliau tahu kalau aku juga ingin dicintai orang lain. Aku juga ingin mencintai orang lain. Aku juga ingin dicintai dan mencintai lawan jenis sebayaku.
Dunia ibuku dulu sangat berbeda dengan duniaku sekarang. Tapi beliau tak pernah bisa memahami perbedaan ini. Atau mungkin aku lah yang harus memahami dunian beliau yang terdahulu.
Tuhan, jika memang Engkau ada, aku sangat mencintaimu, ibuku, ayahku, kakakku, dan semua orang yang juga mencintaiku


Dia Dalam Mimpiku

Masih saja ia menghantuiku. Dulu aku berharap untuk tidak melupakannya walau sejenak, tapi kini aku ingin melupakannya untuk selamanya. Mungkin Dia yang kusebut sebagai Tuhan, mengabulkan doaku yang terdahulu itu.

Dulu aku sangat percaya dengan adanya Tuhan, tapi sekarang… entahlah apa memang Dia Tuhan atau siapa. Sosok yang dulu sewaktu aku kecil sangat takut akan neraka yang Dia ciptakan dan aku kecil sangat merindukan hangatnya surga. Sampai aku beranjak remaja aku masih percaya Tuhan itu maha adil dan maha penyayang. Tapi itu terpatahkan saat aku menemui kenyataan harus berpisah dengannya. Aku bertanya pada-Nya kenapa aku dan dia harus ditakdirkan seperti ini. Aku seakan tak percaya kalau Tuhan masih maha penyayang atau juga maha adil.
Aku tak mengerti pada lika-liku takdir yang Dia buat. Aku pikir takdir itu kita sendiri yang menciptakan, tapi ayahku, ibuku, kakakku, guruku, dan orang-orang bilang hanya Dia yang tahu takdir setiap orang. Dan semua orang tidak bias mengubah takdirnya. Betapa Dia sangat tidak adil. Makanya aku pikir takdir itu kita sendiri yang membuat. Dulu aku sangat yakin akan hal baru itu. Dan lagi-lagi dia membuat itu hancur. Keyakinanku dihancurkan olehnya. Aku tidak bisa membuat takdirku sendiri. Tapi orang lain juga bisa membuat takdirku. Aku marah. Aku tak percaya itu terjadi.
Semua yang aku inginkan harus lah terjadi, terwujud dan memuaskanku.



DUNIA PUN BERSURGA

A lot of people berfikir kalo surga yang sesungguhnya itu di akhirat kelak, dan dunia bukan lah surga. Bahkan parahnya surga di dunia kelak kan jadi neraka di akhirat. Ehm, itu mungkin benar untuk orang-orang yang excelent dengan akhirat(baca: muslim militan). Lain hal nya dengan ku, dunia pun memiliki surga. 104:5-7, disitu dikatakan neraka itu api membara yang juga akan membakar hati kita. Bukankah itu kitab sebagai petunjuk manusia untuk hidup, ya kan?
Benang merahnya adalah hati. Neraka akan tercipta andai hati kita terbakar(baca: tidak senang, sedih, marah, kecewa, benci, putus asa dan lain sebagainya). Pun surga juga akan tercipta jika hati kita terjaga (baca: senang, gembira, atau kebalikan dari konotasi terbakar).
Ciptakan surgamu sendiri. Dalam hati mu akan ada surga. Dan surga setiap orang akan berbeda. Seluas apa hatimu, seluas itu surgamu. Jangan hanya memanti dan berharap akan mendapatkan surga kelak, karena kau tidak tahu kapan, dimana, seperti apa surga itu, ya kan?



I HAVE SERIOUSLY PROBLEM

Sebenarnya hal ini telah lama terjadi. Karakter momy yang menurun padaku menjadi penyebab utama begiku. Keras kepala, maunya menang sendiri, diktatoris, tidak ada kata salah, keinginan kuat, banyak keinginan, banyak mimpi, dan lain sebagainya. Hampir semua karakter yag aku miliki adalah turunan dari momy. Kesamaan karakter di antara kami tidak menjadikan kami semakin dekat tapi malah menjadikan ku terasa selalu terpenjara dalam diri. Hinggga ketika aku keluar dan menemukan kebebasan, aku serasa brutal olehnya.
Aku tak tahu, brutal apa itu. Yang ku tahu itu memang tak separti yang momy inginkan. Sampai ketika aku hampir menemukan ‘who am I’, tapi momy malah mengatakan “why you so different from us”. Akankah perbedaan itu salah? Atau penyeragaman itu jalan terbaik?
Bagiku pelangi itu indah, ‘so beautifull’ karena dia memiliki sejuta warna dan makna. Aneh jika orang tak suka padanya. Tapi mungkin pelangi di keluarga ku susah untuk terwujud. Semua harus menjadi orang yang diinginkan momy and dady. “be a really man”, jadi manusia yang sesungguhnya, bukan hanya sekedar hidup, tapi hidup yang memiliki arti, baik sebuah arti atau banyak arti. Tapi ‘man’ bagi mereka adalah bla-bla-bla yang aku sulit untuk mewujudkannya.
I say, “yeah, I’m different”.

Kami pun juga



Tuhan mungkin memang ada.

Mereka masih saja percaya kalau Tuhan memang ada. Meski sebagian orang menafikan adanya Tuhan. Tuhan hanya buah akal pikiran manusia yang tiada jawabnya. Karena manusia tidak bisa memikirkan asal muasal dari manusia sendiri. Tuhan tidak ada dengan sendirinya tapi Dia ada karena manusia ada, atau manusia ada karena Dia ada, lalu kenapa kita harus ada?
Kami bukan orang yang lantas menganggap Tuhan hanya hasil karya manusia. Kami juga masih sering menanyakan kenapa kita mau dikatakan sebagai karya Tuhan.
Kami masih ingat kalau Tuhan itu sesuai dengan apa yang difikirkan manusia. Tapi sekarang aku bingung kenapa Tuhan sesuai dengan apa yang difikirkan manusia. Apa Tuhan memang hasil ketidak mampuan manusia dalam berfikir?
Katanya kami tidak boleh memikirkan tentang dzat Tuhan, adanya Tuhan, asal Tuhan, dan tujuan Tuhan. Tapi itu juga kan kata orang. Dan perkataan orang tersebut juga hasil dari pemikirannya sendiri.
Begitu lemahkah Tuhan, atau malah kita yang sangat lemah.

Kami masih percaya Tuhan itu ada.

bahasa cinta yang kucari

Memang sampai saat ini hanya dia yang mampu memberikan kedamaian dalam cinta yang pernah ku miliki. Meskipun kata orang hidup tidaklah cukup hanya dengan cinta, tapi aku sangat percaya dan yakin kalau cinta adalah awal dari segala, kecuali Tuhan. Atau bahkan mungkin Tuhan juga berasal dari cinta.
Dia yang dulu selalu bisa membuatku merasakan hidup, kini telah tiada, pergi, entah kemana. Dia bilang akan kembali, asal aku tidak berubah. Entah perubahan apa yang ia maksud, hanya saja ketika aku meminta kejelasan dari perubahan itu, dia hanya mengatakan “kau pun tahu akan hal itu”. Susah aku menafsirkan arti dari perubahan yang ia ucapkan dan ia inginkan. Seribu tafsiran aku punya, hanya mana yang benar-benar ia maksud.
Sejenak aku berfikir, ilusi yang dia berikan saat kami menjalani hunbungan sangatlah kuat. Bahkan sampai saat ini aku masih mencintainya. Persetan arti cinta yang pernah ia berikan padaku, yaitu nafsu. Bukan, bukan itu yang aku rasakan. Tapi sesekali memang aku merasakan kalau aku ingin selalu bersamanya, tapi akankah itu nafsu lantaran aku dan dia hanya menjalin hubungan sebagai dua orang remaja yang saling terikat cinta. Ups salah, mungkin salah satu saja diantara kami yang mencintai, karena sampai saat ini aku meragukan akan ketulusan cinta yang ia berikan.
Aku masih ingat dulu aku sangat mencintainya, tapi aku takut mengatakannya. Sampai aku tak kuasa untuk tetap menahan rasa itu, lalu aku ungkapkan padanya. “ku harap kau mau menjadi pacarku”, itu yang kuucapkan saat itu. Aku benar-benar takut kalau saja dia menolak cinta ku. Sebelumnya ia hanya ku anggap sebagai adik, tak lebih, dan itu pernah ku katakan juga padanya.
“aku tak sampai hati mengatakan ini, tapi aku takut hubungan lebih ini akan merusak hubungan kita dikemudian hari, aku mengenalmu lebih dari yang kau tahu, tiga tahun kita bersahabat cukup bagiku untuk mengetahui perangaimu, aku tak ingin itu terjadi”, ucapnya yang secara halus berartikan cukup jauh hunbungan kami, tak ingin dilebihkan.
Aku diam. Seminggu aku tak berhubungan dengannya. Mungkin dia tahu, aku kecewa, dia cemas. “aku tak kan lagi memintamu untuk melebihkan hubungan kita, bahkan melanjutkan hubungan kita sebagai sahabat”, egoku dengan sedikit ancaman. Aku tak tahu kalau itu membuatnya begitu takut akan kehilangan teman seperti aku. Baginya kehilangan teman, bahkan sahabat adalah kesalahan yang tidak sangat tabu, sahabat begitu berarti baginya, begitu juga aku. Tapi aku lain, aku tak lagi hanya menginginkan dia sebagia sahabat, more than it.
Benar saja, ia memilih untuk menerimaku. Ada sedikit luka dalam hati ku karna hal itu, cinta yang terpaksa. Dia bukan tipikal cewek yang mudah jatuh cinta, tapi memang banyak orang yang mudah jatuh cinta kepadanya. Aku tahu karena memang dia sering cerita kalau sebelum aku banyak temen cowok di tempatnya mengatakan cinta kepadanya. Seperti air yang terus mengalir, tak pernah berhenti mereka mengatakan cinta padanya. Lewat dan tak berbekas.
Benih itu mungkin kurang bagus, tapi sangat subur. Dalam hitungan bulan, ia yang tak mudah jatuh cinta, akhirnya tak lagi bisa menyembunyikan kalau ia pun sangat mencintaiku. Hari-hariku berubah. Dulu yang aku mengartikan kesenangan adalah sesaat mulai berubah. Kesenangan adalah saat, dalam artian saat itu waktu, dan waktu itu hidup, dan hidup adalah sekarang, dan sekarang aku senang terus. Meskipun aku tidak tahu akankah nanti aku juga senang, tapi aku yakin saat aku berada disaat itu aku akan juga merasa senang.
Aku pun merasakan kedamaian. Aku pun merasa untuk pertama kalinya cinta itu benar-benar mebawa ketenangan, kebahagiaan, kesenangan, arti lebih dalam hidupku.


who are her? where? how she can made me be like this?

Monday, April 6, 2009

Opini

Adapun opini adalah suatu analisa atau pendapat pribadi dan terkadang pula berupa ulasan-ulasan seorang wartawan atau lembaga media massa yang kerap muncul di setiap media dengan beberapa bentuk, yang disertai dengan nama penulisnya. Opini sebagai salah satu karya jurnalistik, yaitu berpegang pada prinsip kejujuran dan transparansi, maka dalam opini lebih baik menggunakan nama asli.

Opini dibuat untuk membantu para pembaca, yang pada umumnya membutuhkan adanya suatu pendapat/opini yang disajikan secara jelas dalam menilai suatu berita serta membentuk opini tersendiri.

Di dalam jurnalistik Indonesia dikenal juga satu jenis karangan opini yang sangat khas, ditulis dalam beberapa kalimat ringkas, pendek, dan “nakal”, sering sebut sebagai pojok, yang ditulis oleh pihak redaktur untuk menyentil beberapa peristiwa aktual.

Ragam sajian Opini terdiri dari 7 bagian :

  1. Artikel; Gaya penulisan analisis dan kritis dari gagasan dan pendapat penulis. Gagasan bisa diperoleh dari buku literatur. Contoh : NPWP bagi semua masyarakat.
  2. Kolom; Gaya penulisan longgar/santai, biasanya menggunakan bahasa tutur. Isinya ringan tapi cerdas dan biasanya berisi kritik ketimpangan sosial. Contoh : Gendam Moderen.
  3. Tajuk Rencana / Editorial; Merupakan suara redaksi. Topik yang ditulis adalah yang sedang hangat saat itu dan merupakan cerminan gaya bahasa dan penulisan emdia yang bersangkutan.
  4. Pojok; Penulisannya pendek dan ceplas ceplos, satire dan menyentil.
  5. Resensi (Buku, Kaset, Film, dll); Merupakan tulisan untuk menimbang dengan cara komentar atas suatu karya seni dan budaya atau karya-karya lain, termasuk teknologi.
  6. Panduan/Tips; Mengemukakan pedoman praktis menangani sesuatu dengan bahasa yang mudah dicerna. Biasanya pedoman untuk sesuatu yang sering digunakan dan memiliki manfaat praktis. Contoh : Kebiasaan buruk Para Penulis.
  7. Karikatur adalah opini redaksi media yang disajikan dalam bentuk gambar yang penuh dengan unsure kritik, namun dibaurkan dengan kelucuan, anekdot, dan humor.

Thursday, March 12, 2009

My Exist

Sekali lagi aku sendiri yang menanyakan keberadaanku. Aku hidup tapi seakan tak pernah memberikan orang lain something yang berguna. Aku iri dengan teman-teman ku yang banyak banget memiliki kemampuan. Seolah beberapa teman ku mengatakan aku punya banyak keahlian, padahal non-sen alias tak ada. Sering kali aku katakan ke teman-teman kalau setiap orang pasti punya kemampuan, lebih pada sebuah keahlian atau nilai plus. Sampai sekarang pun aku sadar kalau aku belum banget tahu apa yang aku punya, miliki, dan bisa.

Omonganku yang seolah-olah, menjadi bumerang tersendiri bagiku. Tapi bukan bumerang yang aku lemparkan lalu bisa ku tangkap, tapi ini bumerang yang ku lemparkan lalu kembali dan melukaikku sendiri. Aku juga seudah sering melihat diriku lagi, mulai menghitung apa yang ku bisa dan apa yang susah ku lakukan, tapi hasilnya masih sama atau bahkan aku menjadi salah seorang dari mereka yang hariannya lebih buruk dari kemarin. Ehm, tapi aku rasa aku tidak seburuk itu.

Meskipun selama ini aku berusaha keras untuk menajdikan diriku seseorang, tapi masih berat nan susah.

Monday, March 9, 2009

Biodata Ompu Asrul Sani

Nama: Asrul Sani

Lahir: Rao, Pasaman, 10 Juni 1927

Meninggal: Jakarta, 11 Januari 2004, Pukul 22.15 WIB

Istri: (1) Siti Nurani dan (2) Mutiara Sarumpaet

Anak: Tiga putra, tiga putri, enam cucu

Ayah: Sultan Marah Sani Syair Alamsyah, gelar Yang Dipertuan Rao Mapattunggal Mapatcancang

Pendidikan: Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Indonesia (IPB); Dramaturgi dan sinematografi di University of Southern California, Amerika Serikat tahun 1955-1957; Sekolah Seni Drama di Negeri Belanda tahun 1951-1952; SLTP hingga SLTA di Jakarta; SD di Rao, Sumatera Barat

Karir Politik: Anggota DPR GR 1966-1971 mewakili Partai Nahdhatul Ulama; Anggota DPR RI 1972-1982 mewakili PPP

Pendiri : Gelanggang Seniman Merdeka; Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI);

Kegiatan Pergerakan: Lasjkaer Rakjat Djakarta, Tentara Pelajar di Bogor

Kegiatan Penerbitan: Menerbitkan Suara Bogor, redaktur majalah kebudayaan Gema Suasana, anggota redaksi Gelanggang, ruang kebudayaan Majalah Siasat, dan wartawan Majalah Zenith

Konsep Kebudayaan: Surat Kepercayaan Gelanggang

Penghargaan: Tokoh Angkatan 45; Bintang Mahaputra Utama, tahun 2000; Enam buah Piala Citra pada Festifal Film Indonesia (FFI); Film Terbaik pada Festival Film Asia tahun 1970;

Karya Puisi: Tiga Menguak Takdir bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin, Surat dari Ibu, Anak Laut, 19 buah puisi dan lima buah cerpen sebelum penerbitan antologi Tiga Menguak Takdir tahun 1950, lalu sesudahnya tujuh buah puisi, enam buah cerpen, enam terjemahan puisi, tiga terjemahan drama, dan puisi-puisi lain yang dimuat antara lain di yang dimuat di majalah Siasat, Mimbar Indonesia, dan Zenith.

Karya Film: Titian Serambut Dibelah Tudjuh, Apa yang Kau Cari Palupi Monumen, Kejarlah Daku Kau Kutangkap, Naga Bonar. Pagar Kawat Berduri, Salah Asuhan, Para Perintis Kemerdekaan, Kemelut Hidup

Alamat Rumah: Kompleks Warga Indah, Jalan Attahiriyah No. 4E, Pejaten, Kalibata, Jakarta Selatan

Sedikit tentang Ompu Asrul...

Asrul Sani seniman kawakan yang antara lain dikenal lewat Sajak Tiga Menguak Takdir bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin meninggal dunia hari Minggu 11 Januari 2004 malam sekitar pukul 22.15 di kediamannya di Jln. Attahiriah, Kompleks Warga Indah No. 4E, Pejaten Jakarta. Seniman kelahiran Rao, Sumbar, 10 Juni 1927 ini wafat setelah kesehatannya terus menurun sejak menjalani operasi tulang pinggul sekitar satu setengah tahun sebelumnya.

Dia adalah pelaku terpenting sejarah kebudayaan modern Indonesia. Jika Indonesia lebih mengenal Chairil Anwar sebagai penyair paling legendaris milik bangsa, maka adalah Asrul Sani, Chairil Anwar, dan Rivai Apin yang mengumpulkan karya puisi bersama-sama berjudul Tiga Menguak Takdir yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku di tahun 1950. Mereka bertiga bukan hanya menjadi pendiri Gelanggang Seniman Merdeka, malahan didaulat menjadi tokoh pelopor sastrawan Angkatan 45.

Dalam antologi Tiga Menguak Takdir Asrul Sani tak kurang menyumbangkan delapan puisi, kecuali puisi berjudul Surat dari Ibu. Sejak puisi Anak Laut yang dimuat di Majalah Siasat No. 54, II, 1948 hingga terbitnya antologi Tiga Menguak Takdir tadi, Asrul Sani tak kurang menghasilkan 19 puisi dan lima buah cerpen. Kemudian, semenjak antologi terbit hingga ke tahun 1959 ia antara lain kembali menghasilkan tujuh buah karya puisi, dua diantaranya dimuat dalam Tiga Menguak Takdir, lalu enam buah cerpen, enam terjemahan puisi, dan tiga terjemahan drama. Puisi-puisi karya Asrul Sani antara lain dimuat di majalah Siasat, Mimbar Indonesia, dan Zenith.

Sastrawan Angkatan 45 bukan hanya dituntut bertanggungjawab untuk menghasilkan karya-karya sastra pada zamannya, namun lebih dari itu, mereka adalah juga nurani bangsa yang menggelorakan semangat kemerdekaan. Adalah tidak realistis sebuah bangsa bisa merdeka hanya bermodalkan bambu runcing. Namun ketika para nurani bangsa itu mensintesakan keinginan kuat bebas merdeka menjadi jargon-jargon merdeka atau mati dan semacamnya, maka, siapapun pasti akan tunduk kepada suara nurani.

Sesungguhnya bukan hanya bersastra, pada tahun 1945-an itu Asrul Sani yang pernah duduk sebangku dengan sastrawan Pramoedya Ananta Toer sewaktu sekolah di SLTP Taman Siswa Jakarta, bersama kawan-kawan telah menyatukan visi perjuangan revolusi kemerdekaan ke dalam bentuk Lasjkar Rakjat Djakarta. Masih di masa revolusi itu, di Bogor dia memimpin Tentara Pelajar, menerbitkan suratkabar Suara Bogor, redaktur majalah kebudayaan Gema Suasana, anggota redaksi Gelanggang, ruang kebudayaan majalah Siasat, dan menjadi wartawan pada majalah Zenith.

Hingga tiba pada bulan Oktober 1950 saat usianya masih 23 tahun, Asrul Sani sudah mengkonsep sekaligus mengumumkan pemikiran kebudayaannya yang sangat monumental berupa Surat Kepercayaan Gelanggang, yang isinya adalah sebentuk sikap kritisnya terhadap kebudayaan Indonesia. Isinya, antara lain berbunyi, kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat kecil bagi kami adalah kumpulan campur baur dari mana-mana dunia-dunia baru yang sehat dan dapat dilahirkan.

Asrul Sani yang kelahiran Rao, Pasaman, Sumatera Barat 10 Juni 1927 sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, selain penyair adalah juga penulis cerita pendek, esei, penterjemah berbagai naskah drama kenamaan dunia, penulisskenario drama dan film, serta sekaligus sutradara panggung dan film. Bahkan, sebagai politisi ia juga pernah lama mengecap aroma kursi parlemen sejak tahun 1966 hingga 1971 mewakili Partai Nahdhatul Ulama, dan berlanjut hingga tahun 1982 mewakili Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Hal itu semua terjadi, terutama aktivitas keseniannya, adalah karena keterpanggilan jiwa sebab meski telah menamatkan pendidikan sarjana kedokteran hewan pada Fakultas Kehewanan IPB Bogor (ketika itu masih fakultas bagian dari Universitas Indonesia) dan menjadi dokter hewan, pada sekitar tahun 1955 hingga 1957 Asrul Sani pergi ke Amerika Serikat justru untuk menempuh pendidikan dramaturgi dan sinematografi di University of Southern California.

Seni dan keteknikan adalah dua dunia yang berbenturan dalam diri Asrul. Setamat Sekolah Rakyat di Rao, Asrul Sani menuju Jakarta belajar di Sekolah Teknik, lalu masuk ke Fakultas Kehewanan Universitas Indonesia (di kemudian hari dikenal sebagai Institut Pertanian Bogor). Sempat pindah ke Fakultas Sastra UI namun kemudian balik lagi hingga tamat memperoleh titel dokter hewan. Agaknya kekuatan jiwa seni telah memenangkan pertaruhan isi batin Asrul Sani.

Maklum, bukan hanya karena pengalaman masa kecil di desa kelahiran yang sangat membekas dalam sanubarinya, sebelum ke Negeri Paman Sam Amerika Serikat pun pada tahun 1951-1952 ia sudah terlebih dahulu ke Negeri Kincir Angin Belanda dan belajar di Sekolah Seni Drama. Selain karena pendekatan akademis dan romatisme kehidupan pertanian di desa, totalitas jiwa berkesenian terutama film makin menguat pada dirinya setelah Asrul Sani bertemu Usmar Ismail, tokoh lain perfilman. Bahkan, keduanya sepakat mendirikan Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) yang melahirkan banyak sineas maupun seniman teater kesohor, seperti Teguh Karya, Wahyu Sihombing, Tatiek W. Maliyati, Ismed M Noor, Slamet Rahardjo Djarot, Nano dan Ratna Riantiarno, Deddy Mizwar, dan lain-lain.

Film pertama yang disutradarai Asrul Sani adalah Titian Serambut Dibelah Tudjuh pada tahun 1959.Dan, ia mulai mencapai kematangan ketika sebuah film karyanya Apa yang Kau Cari Palupi terpilih sebagai film terbaik pada Festival Film Asia pada tahun 1970. Karya besar film lainnya adalah Monumen, Kejarlah Daku Kau Kutangkap, Naga Bonar. Pagar Kawat Berduri, Salah Asuhan, Para Perintis Kemerdekaan, Kemelut Hidup, dan lain-lain.

Tak kurang enam piala citra berhasil dia sabet, disamping beberapa kali masuk nomibasasi. Alam pikir yang ada adalah, sebuah film jika dinominasikan saja sudah pertanda baik maka apabila hingga enam kali memenangkan piala citra maka sineasnya bukan lagi sebatas baik melainkan dia pantas dinobatkan sebagai tokoh perfilman.

Itulah Asrul Sani, yang pada hari Minggu, 11 Januari 2004 tepat pukul 22.15 WIB dengan tenang tepat di pelukan Mutiara Sani (56 tahun) istrinya meninggal dunia pada usia 76 tahun karena usia tua. Dia meninggal setelah digantikan popoknya oleh Mutiara, diberikan obat, dan dibaringkan. Sebagaimana kematian orang percaya, Asrul Sani menjelang menit dan detik kematiannya, usai dibaringkan tiba-tiba dia seperti cegukan, lalu kepalanya terangkat, dan sebelum mengkatupkan mata untuk selamanya terpejam dia masih sempat mencium pipi Mutiara Sani, yang juga aktris film layar lebar dan sinetron.

Asrul Sani meninggalkan tiga putra dan tiga putri serta enam cucu, serta istri pertama Siti Nuraini yang diceraikannyadan istri kedua Mutiara Sani Sarumpaet. Semenjak menjalani operasi tulang pinggul enam bulan lalu, hingga pernah dirawat di RS Tebet, Jakarta Selatan, kesehatan Asrul Sani mulai menurun. Dia adalah putra bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya, Sultan Marah Sani Syair Alamsyah, Yang Dipertuan Rao Mapattunggal Mapatcancang adalah raja adat di daerahnya.

Selama hidupnya Asrul Sani hanya mendedikasikan dirinya pada seni dan sastra. Sebagai penerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Pemerintah RI pada tahun 2000 lalu, dia berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Namun dia berpesan ke istrinya untuk hanya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Menteng Pulo, Jakarta Selatan dengan alasan, sambil bercanda tentunya ke Mutiara Sani setahun sebelumnya, masak sampai detik terakhir, kita masih mau diatur negara.

Meski sudah mulai mengalami kemunduran kesehatan dalam jangka waktu lama, Asrul Sani masih saja menyempatkan menulis sebuah pidato kebudayaan, yang, konon akan dia sampaikan saat menerima gelar doktor kehormatan honoris causa dari Universitas Indonesia, Jakarta. Nurani bangsa itu telah pergi. Tapi biarlah nurani-nurani aru lain mekar tumbuh berkembang seturut zamannya.

Sumber: www.tokohindonesia.com

Thursday, February 19, 2009

about me chapter 1

dilahirkan dan dibesarkan di desa yang lumayan terpincil tidak membuatku menyerah untuk belajar. dulu aku bukan siapa-siapa, dan sekarang masih bukan siapa-siapa tapi aku percaya suatu saat nanti dengan keberadaanku akan dibicarakan oleh siapa-siapa (thanks buat my best big friend anas arif wibowo yang memberikan kata-kata itu, mungkin itu kata-kata orang lain, tapi aku tahu itu darimu, than thanks lagi). dalam keluarga yang boleh dibilang kecukupan untuk keperluan sehari-hari, aku tumbuh seperti anak-anak biasa yang seusiaku (baca: anak penurut). hanya saja sewaktu umur sebelas tahun aku menjadi anak yang rada bandel, menurut orang tua. hingga aku dikenalkan dengan pesanteren yang memang lebih dahulu dikenal oleh kakakku, abdul hamid elhawary. lebih awal kenal disini memang karena dia telah belajar di sana lebih awal dariku. meski hanya belajar baca al-qur'an, setiap sabtu dan minggu aku rutin "ngaji" di pesantren. entah kenapa aku saat itu sangat lugu merasa pesantren adalah jalan hidup yang harus ku lalui dan jalani, atau mungkin doktrin-doktrin dari teman serta pengasuh pesantren yang kuat padaku. pergulatan batin yang mulai ku rasakan serasa aku hanya ingin belajar secara total di pesantren dengan meninggalkan pendidikan formalku yaitu sekolah dasar. genap setahun aku belajar berkala akhir pekan di pesantren, aku hampir menyelesaikan sekolah dasar. keinginanku untuk totalitas di pesantren memuncak. kebingungan untuk memilih antara berontak pada orang tua karena aku hanya ingin total di pesantren dan kewajiban seorang anak patuh pada orang tua yaitu aku melanjutkan pendidikan formal ke SMP. akhir kebingunganku membuahkan keputusan orangtuaku untuk membawaku ke pesantren modern yang notabenya di dalamnya selain belajar ilmu agama aku juga akan mendapatkan pendidikan formal. seantero solo kami kelilingi, tapi tidak satupun pesantren yang cocok. dari mulut ke mulut kami dapatkan informasi tentang pesantren yang memenuhi kriteria yang aku inginkan (pesantren yang terdapat pelajaran aktif hafalan qur'an), sebuah pesantren nan jauh di Jogja. (to be continue...)