Pages

Pages

Tipologi Pers Klasik

Untuk bahan referensi yang ingin belajar jurnalisme lebih dalam.
Ini pengetahuan mendasar yang terkadang sebagian yang belajar jurnalisme kurang paham. Saya mendapat ini dari blog teman di  http://anggasgira.blogspot.com/2009/06/system-system-media-massa.html.


Otoritarian
Muncul pada masa iklim otoritarian di akhir Renaisans, segera setelah ditemukannya mesin cetak. Dalam masyarakat seperti itu, kebenaran dianggap bukanlah hasil dari masa rakyat, tetapi dari sekelompok kecil orang–orang bijak yang berkedudukan membimbing dan mengarahkan pengikut-pengikut mereka. Jadi kebenaran dianggap harus diletakkan dekat dengan pusat kekuasaan. Dengan demikian pers difungsikan dari atas ke bawah. Penguasa-penguasanya menggunakan pers untuk memberi informasi kepada rakyat tentang kebijakan-kebijakan penguasa yang harus didukung. Hanya dengan ijin khusus pers boleh dimiliki oleh swasta, dan ijin ini dapat dicabut kapan saja terlihat tanggungjawab mendukung kebijaksanaan pekerjaan tidak dilaksanakan. Kegiatan penerbitan dengan demikian merupakan semacam persetujuan antara pemegang kekuasaan dengan penerbit, dimana pertama memberikan sebuah hak monopoli dan ang terakhir memberikan dukungan. Tetapi pemegang kekuasaan mempunyai hak untuk membuat dan merubah kebijaksanaan, hak memberi ijin dan kadang-kadang menyensor. Jelas bahwa konsep pers seperti ini menghilangkan fungsi pers sebagai pengawas pelaksanaan pemerintahan dan juga dalam menyampaikan kebenaran objektif kepada masyarakat. Praktek - praktek otoritarian masih ditemukan di seluruh bagian dunia walalupun telah ada dipakai teori lain, dalam ucapan kalaupun tidak dalam perbuatan, oleh sebagian besar Negara komunis.

Liberitarian
Teori ini lahir pada saat tumbuhnya demokrasi politik dan paham kebebasan berkembang pada abad ke-17, sebagai akibat revolusi industri dan digunakannya sistem ekonomi laissez-faire. Kemerdekaan koloni–koloni di Amerika dan Revolusi Perancis(1789) dengan semboyan liberty, egality, fraternity ikut serta mengembangkan pers libertarian. Teori ini memutarbalikkan posisi manusia dan negara sebagaimana yang dianggap oleh teori Otoritarian. Manusia tidak lagi dianggap sebagai mahluk berakal yang mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, antara alternative yang lebih baik dengan yang lebih buruk, jika dihadapkan pada bukti-bukti yang bertentangan dengan pilihan-pilihan alternative. Kebenaran tidak lagi dianggap sebagai milik penguasa. Melainkan, hak mencari kebenaran adalah salah satu hak asasi manusia. Pers dianggap sebagai mitra dalam mencari kebenaran. Dalam teori Libertarian, pers bukan instrument pemerintah, melainkan sebuah alat untuk menyajikan bukti dan argument-argumen yang akan menjadi landasan bagi orang banyak untuk mengawasi pemerintahan dan menentukan sikap terhadap kebijaksanaannya. Dengan demikian, pers seharusnya bebas sari pengawasan dan pengaruh pemerintah. Agar kebenaran bisa muncul, semua pendapat harus dapat kesempatan yang sama untuk didengar, harus ada pasar bebas pemikiran-pemikiran dan informasi. Baik kaum minoritas maupun mayoritas, kuat maupun lemah, harus dapat menggunakan pers. Sebagian besar Negara non komunis, paling tidak di bibir saja, telah menerima teori pers Libertarian. Tetapi pada abad ini telah ada aliran-aliran perubahan. Aliran ini berbentuk sebuah Otoritarianisme baru di Negara-negara komunis dan sebuah kecenderungan kearah Liberitarianisme baru di Negara-negara non komunis.


Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Teori ini berkembang sebagai akibat kesadaran pada abad ke-20, dengan berbagai macam perkembangan media massa(khususnya media elektronik), menuntut kepada media massa untuk memiliki suatu tanggung jawab social yang baru. Teori ini diberlakukan sedemikian rupa oleh beberapa sebagian pers. Teori Tanggungjawab social punya asumsi utama : bahwa kebebasan pers mutlak,banyak mendorong terjadinya dekadensi moral. Oleh karena itu, teori ini memandang perlu adanya pers dan system jurnalistik yang menggunakan dasar moral dan etika. Asal saja pers tau tanggungjawabnya dan menjadikan itu landasan kebijaksanaan operasional mereka, maka system libertarian akan dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Jika pers tidak mau menerima tanggungjawabnya, maka harus ada badan lain dalam masyarakat yang menjalankan fungsi komunikasi massa.Pada dasarnya fungsi pers dibawah teori tanggungjawab social sama dengan fungsi pers dalam teori Libertarian. Digambarkan ada enam tugas pers :
Ø Melayani sistem politik dengan menyediakan informasi, diskusi dan perdebatan tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
Ø Memberi penerangan kepada masyarakat, sedemikian rupa sehingga masyarakat dapat mengatur dirinya sendiri.
Ø Menjadi penjaga hak-hak perorangan dengan bertindak sebagai anjing penjaga yang mengawasi pemerintah.
Ø Melayani system ekonomi dengan mempertemukan pembeli dan penjual barang atau jasa melalui medium periklanan,
Ø Menyediakan hiburan
Ø Mengusahakan sendiri biaya financial, sehingga bebas dari tekanan-tekanan orang yang punya kepentingan.


Soviet Komunis
Teori ini berpegang pada asas kebenaran berdasarkan teori Marxis. Pers Soviet bekerja sepenuhnya sebagai alat penguasa, yang dalam hal ini adalah partai komunis. Dimana “Partai Komunis” tersebut dalam pengertian Marxis adalah rakyat. Berdasarkan pemahaman itu pers harus mengikuti kebenaran rakyat, yaitu partai yang substansinya adalah pemerintah.
Dalam teori Soviet, kekuasaan itu bersifat sosial, berada di orang-orang, sembunyi di lembaga-lembaga sosial dan dipancarkan dalam tindakan-tindakan masyarakat, sehingga yang berhak menggunakan media pers hanya orang-orang yang setia pada penguasa dan anggota yang ortodok.
Tugas pokok pers dalam system pers komunis adalah menyokong, menyukseskan, dan menjaga kontinuitas system social Soviet atau pemerintah partai. Dan fungsi pers komunis itu sendiri adalah memberi bimbingan secara cermat kepada masyarakat agar terbebas dari pengaruh-pengaruh luar yang dapat menjauhkan masyarakat dari cita-cita partai.
Antara teori totalitarian dengan teori otoritarian sama-sama menggunakan kata kebebasan untuk masyarakat. Namun kebebasan masyarakat bagi otoritarian adalah kepentingan bisnis, sedangkan bagi totalitarian berarti kepentingan partai. Dalam hal ini, pers Soviet harus melakukan apa yang terbaik bagi partai dan mendukung partai sebagai sikap dan perbuatan moral yang berorientasi pada kepentingan rakyat
 

Format Proposal Penelitian

Format Proposal Penelitian
  1. Judul
  2. Latar belakang masalah
  3. Batasan dan rumusan masalah
  4. Tujuan penelitian
  5. Kegunaan penelitian
  6. Kajian pustaka
  7. Metodologi penelitian
  8. Kajian teori
  9. Daftar pustaka

Memasang TV Streaming

Dewasa ini banyak sekali perkembangan teknologi yang begitu cepat dan inovatif. Perkembangan dunia teknologi yang paling mutakhit ditandai dengan lahirnya internet. Saya tidak akan menjelaskan panjang lebar sejarah internet. Di sini saya ingin menjelaskan bagaimana blog ataupun website yang kita miliki mempunyai banyak gadget atau widget atu aksesoris agar lebih sering dikunjugi oleh teman ataupun kita sendiri.

Kali ini adalah TiVi Streaming atau TiVi Online, dimana banyak sekali stasiun televisi yang mengembangkan sayapnya ke dunia online (streaming). Bisa dibilang dalam setiap hari begitu banyak penguna internet. Salah satu provider penyusun TV online adalah MivoTV. Meskipun ada yang lain, tapi dikarenakan pemasangan yang mudah dan setting yang tidak begitu rumit jadi saya memilih provider tersebut.
Untuk memasang MivoTV di blog anda copy kode di bawah ini dan paste di blog anda.

790" menu="true" name="MivoTV" pluginspage="http://www.macromedia.com/go/getflashplayer" quality="high" scale="noscale" src="http://id.imediabiz.com/MivoTV.swf?r=%27%20+%20Math.round%28Math.random%28%29%20*%2099999%29%20+%20%27" type="application/x-shockwave-flash" width="580" wmode="transparent">

Untuk medapatkan tampilan yang bagus, sesuaikan ukuran "height" (di atas saya tandai dengan warna merah) dan "width" (juga warna merah) dengan ukuran space di blog anda.
Saya sarankan untuk meletakkan MivoTV ini di New Page anda saja, agar tampilan bisa lebih besar dan tidak memberatkan blog anda.

Memasukkan Radio ke Blog

Sebelumnya saya umumkan kalo yang satu ini repost dari thread di kaskus, tapi saya lupa alamat tepatnya thread ini, yang pasti semoga bermanfaat.


Berhubung banyaknya FAKE yg beredar di google tentang cara membuat radio streaming di internet yang membawa kita ke website tidak bermutu maka saya membuat tutorial sederhana ini,semoga dapat membantu agan-agan sekalian

 Langsung aja yah...

 1.Daftar di listen2myradio
 2.Setelah mendaftar anda akan mendapatkan email dari Mereka>>masuk ke link yang di berikan register selesai
 3.Download/install radio anda di sini
 4.Anda akan dibawa kehalaman registrasi isi Formulir
 5.Radio anda siap digunakan untuk siaran...


 Cara Memasukan Radio Ke-BLOG:
 Masukan script:[object id="streambaby" type="application/x-shockwave-flash" data="http://sites.google.com/site/assadotcom/assadesign/player.swf" flashvars="type=mp3&file=[param name="wmode" value="transparent"][param name="allowScriptAccess" value="sameDomain"][param name="flashVars" value="type=mp3&file=http://server.kaskusradio.com:8888/;stream.nsv&volume=100&autostart=false"][/object]

 ganti "["dan"]" menjadi "<" dan ">"
 Ganti yang bercetak merah tebal dengan alamat radio anda...

 sekian dari saya mohon maaf karena sangat sederhana,,,saya hanya ingin memberantas banyaknya fake yg beredar di internet tentang cara membuat radio streaming

*nb :

kamu bisa membuat radio streaming sendiri di listen2myradio.com
kemudian untuk memasukkan radio yang sudah anda daftarkan tersebut ke dalam blog cukup dengan meng-copy dan paste kode diatas tapi mengganti (http://server.kaskusradio.com:8888) menjadi alamat radio streaming yang kamu dapatkan dari listen2myradio.com

mohon doanya semoga blog ini segera dilengkapi radio streaming pribadi.

Soskomas - UAS - Analisa Media dan Massa


ANALISA MEDIA DAN MASSA
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS
pada mata kuliah Sosiologi Komunikasi Massa








Disusun oleh:
AMIN ROIS
108051000036

KPI 6B

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
Soal ke-2
“Buktikan data-data/kasus di lingkungan anda apakah termasuk masyarakat massa atau masyarakat tradisionil, masyarakat komunikasi (masyarakat dialog), dan masyarakat informasi?”
Latar Belakang
Saat ini saya tidak tinggal di tempat asal asli saya yaitu Jawa. Kalau berbicara tentang tempat yang saya tinggali sekarang adalah Ciputat Tangerang. Di sini pun saya baru tiga tahun. Dimulai dari semester pertama perkuliahan. Saya mahasiswa rantau yang datang ke kota metropolitan yang sangat hiterogen ini. Sebagian pihak seperti betawi mengeklaim bahwa penduduk asli Jakarta adalah orang-orang betawi. Namun saya sendiri belum membuktikannya. Yang pasti saat ini warga betawi lebih bisa dihitung daripada warga urban yang setiap saat datang ke Jakarta.
Saya akan memaparkan kondisi masyarakat di lingkungan yang saat ini saya tinggali terlebih dahulu. Seperti yang saya singgung di atas, saat ini saya tinggal di Ciputat Tangerang yang dulunya Ciputat adalah bagian dari DKI Jakarta bagian selatan. Tapi setelah berdirinya Banten, maka ciputat ditarik menjadi bagian dari Tangerang Selatan. Namun sisa-sisa bukti bahwa Ciputat merupakan bagian dari Ibukota masih banyak. Di antara kampus saya saat ini Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Namanya masih tetap Jakarta, tidak berganti menjadi Tangerang, seperti UIN Tangerang. Adalagi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang letaknya di perbatasan Tangerang Selatan dan Jakarta Selatan pun namanya masih tetap Jakarta.
Letak Geografis Ciputat (Tangerang)
?????

Ciri masyarakat
Masyarakat Massa merupakan suatu masyarakat kebanyakan adalah institusi utama yang diorganisasi untuk  hubungan dengan masyarakat secara keseluruhan, dan terdapat kesamaan anatara sikap mental dan perilaku individual yang  cenderung dipandang lebih penting dari pada perbedaan-perbedaannya.
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Masyarakat tradisional umumnya hidup di daerah pedesaan sehingga umumnya disebut juga sebagai masyarakat desa. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh luar. Media massa ada dalam masyarakat taradisional akan tetapi mereka kurang peka dengan media massa. Ciri-ciri Masyarakat Tradisional:
a.       Afektifitas: hubungan antar anggota masyarakat didasarkan pada kasih sayang;
b.      Orientasi kolektif: lebih mengutamakan kepentingan kelompok/kebersamaan;
c.       Partikularisme: segala sesuatu yang ada hubungannya dengan apa yang khusus berlaku untuk suatu daerah tertentu saja, ada hubungannya dengan perasaan subyektif dan rasa kebersamaan;
d.      Askripsi: segala sesuatu yang dimiliki diperoleh dari pewarisan generasi sebelumnya;
e.       Diffuseness (kekaburan): dalam mengungkapkan sesuatu dengan tidak berterus-terang.
Masyarakat informasi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah masyarakat dan sebuah ekonomi yang dapat membuat kemungkinan terbaik dalam menggunakan informasi dan teknologi komunikasi baru. Masyarakat informasi atau modern telah bebas dari kekuasaan adat istiadat lama. Pada umumnya mereka telah tinggal di daerah perkotaan sehingga disebut juga masyarakat kota. Masyarakat kota biasanya hidup dari sektor industry, dan sector jasa. Ciri-ciri masyarakat massa:
a.       Ketergantungan dengan media
b.      Menonjolkan kekuatan media
c.       Penyakit masyarakat overload  informasi
d.      Teknologi media
e.       Kekuatan birokrasi
f.       Multicultural
g.      Fenomena budaya massa
h.      Perkembangan teknologi yang kompleks
i.        Interaksinya melalui proses komunikasi massa

Analisa
Yang ingin saya maksudkan adalah efek dari Pusat Negara atau Ibukota negara Indonesia yang terletak di DKI Jakarta tentu saja memeberikan nilai lebih di segala bidang pada Ciputat. Termasuk didalamya teknologi komunikasi, teknologi transportasi dan teknologi yang lainnya. Sarana komunikasi handphone (HP) serasa wajib dimiliki oleh setiap orang yang ada di kota ini. Bahkan dari anak SD hingga orang tua pun sudah memiliki HP. Fungsinya pun beragam, dari yang memang membutuhkan HP sebagai kebutuhan untuk komunikasi hingga sekedar lifestyle yang tidak boleh dilewatkan. Lebih parahnya lagi sebagian orang di Jakarta gila gadget (baca: selalu update peralatan-peralatan elektronik). Tidak salah Indonesia dianggap sebagai negara terkonsumtif se-Asean tanpa produksi yang mengimbangi.
Keadaan masyarakat yang demikian membuat saya berfikir, sebenarnya kelengkapan teknologi komunikasi dan teknologi transportasi di Jakarta ini apa bisa membuat masyarakatnya disebut sebagai masyarakat yang komunikatif atau masyarakat yang informatif. Sebab beberapa kasus yang terjadi dan saya singgung di atas, penemuan yang sering saya dapatkan adalah aktivitas masyarakat di Jakarta sebagian besar hanya mengikuti tren lifestyle internasional.
Semisal ketika temuan alat telekomunikasi seluler yang diproduksi oleh blackbarry (BB) masuk ke Indonesia. Indonesia termasuk negara yang cepat tanggap dan sigap mengimportnya. Kemudian masyarakat berlomba-lomba untuk memiliki BB. Brand yang diusung adalah teknologi generasi ke tiga atau 3G, data-data lebih bisa terprivat tanpa bisa disadap, nikmatnya layanan BlackBarry Massanger (BBM) dan lain sebagainya mampu menyihir masyarakat Indonesia.
Tidak kalah dengan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah dan beberapa tetangga kosan saya yang banyak juga menggunakan BB. Kebanyakan dari pengguna BB hanya menggunakan sebagaimana HP biasa, untuk menelpon, sms, mms, browsing, massanger. Padahal BB memberikan layanan lebih dari itu. Browsing melalui BB mayoritas hanya untuk membuka Facebook dan Twitter, sekedar mengupdate status dan testimoni terhadap komen dari teman. Lebih parahnya lagi Menteri Komunikasi dan Informasi sempat berniat untuk melarang keberadaan BB di Indonesia, karena hasil dari sebuah survey menyatakan tingkat pengguna atau user internet yang membuka dan mendownload konten yang berbau pornografi diakses melalui BB.
Saya melihat sebenarnya teknologi yang telah masuk di Indonesia sudah sangat maju dan cukup untuk mejadi negara maju, bukan hanya negara berkembangh. Namun sangat disayangkan kesiapan masyarakat akan teknologi yang sebenarnya bisa memberikan manfaat lebih tapi tidak dipergunakan. Contoh yang lebih simpel dan dekat dengan kita adalah situs jejaring sosial facebook (FB). Mayoritas pengguna FB mendaftar untuk mendapatkan kenalan dan teman baru. Setelah itu update status dan curhat yang kurang produktif.
Kalau saya mengatakan masyarakat di sekitar saya adalah masyarakat komunikasi, tapi kenyataannya HP sudah seperti barang biasa yang hampir setiap orang dan penggunaanya ala kadarnya, yaitu telpon dan sms, padahal ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan HP. Sedangkan kalau saya mengatakan masyarakat informasi, tapi pada kenyataannya banyak informasi yang tidak diketahui masyarakat sekitar. Akhirnya saya mengambil jalan tengah dan pintas kalau masyarakat disekitar saya adalah masyarakat yang sedikit tradisionil, kurang infomatif dan kurang komunikatif.


Soal ke-3
“Amati budaya lokal/budaya tradisionil yang diangkat, dikemas oleh media elektronik atau media cetak? Cek budaya aslinya. Apa bedanya budaya massa dengan budaya lokal (pakem aslinya) apa yang dirubah? Bahasnya? Ceritanya? Karakternya? Dll. Misalnya cerita lokal di komik, cerita bersambung di koran, di tabloid atau di radio. Baca popular culture yang dikarang oleh dominic sitrinati (penerbit jejak: 2007)”

Landasan Teori
Budaya massa adalah produk kebudayaan yang terus menerus direproduksi sekaligus dikonsumsi secara massal, sehingga industri yang tercipta dari budaya massa ini berorientasi pada penciptaan keuntungan sebesar-besarnya. Budaya massa ini adalah sebagai akibat dari kritik atas budaya tradisional, dimana budaya tradisional ini muncul dan berasal dari masyarakat itu sendiri dan tidak terikat atau tergantung pada media massa. Budaya tradisional itu sendiri terbangun dari proses adaptasi dari interaksi kelas elit masyarakat dalam hal estetika, sangat mengagungkan kesusatraan dan tradisi keilmuan. Sedangkan budaya local merupakan sebuah hasil cipta, karsa, dan rasa yang tumbuh dan berkembang di dalam suku bangsa yang ada di daerah tersebut.
Budaya massa adalah aktivitas dan isi komunikasi massa turut membentuk masyarakat massa dan hal itu di karenakan sebagian dari isi yang dikandung dan disebarluaskan oleh media massa. Budaya massa pada saat ini lebih banyak menghasilkan seni yang ringan dan hal-hal yang tak mungkin. Akibatnya orang cenderung menyukai karya yang ringan-ringan. Hal ini berakibat timbul penggolongan budaya tinggi dan budaya rendah.Peran media massa dalam hal ini sangat besar, ditunjang pula dengan adanya publisitas, iklan, dan reportase. Ciri-ciri budaya massa yaitu: objektivitas, alienasi, pembodohan.
Ciri-ciri budaya elit yaitu: pemilik tetap menjadi pelaku (subjek budaya), pelaku tidak mengalami alienasi dan jati dirinya tetap;serta pelaku mengalami pencerdasan. Cerita rakyat sarat dengan nilai-nilai kebaikan dan petuah-petuah yang masih relevan untuk kehidupan saat ini. Oleh karena itu, pelestarian dengan jalan menceritakan kembali dalam versi yang berbeda dengan sentuhan-sentuhan modernitas merupakan usaha yang cukup baik untuk menarik minat anak terhadap kekayaan khazanah budaya negeri. Dengan cara ini juga diharapkan penyerapan nilai-nilai dari cerita rakyat yang sesuai dengan kebudayaan sendiri menjadi salah satu jalan dalam upaya menanamkan identitas kebangsaan.
Jaka Tarub adalah salah satu cerita rakyat dari Jawa Tengah yang mengisahkan tentang kehidupan Ki Jaka Tarub yang setelah tua bergelar Ki Ageng Tarub, tokoh legendaris yang dianggap sebagai leluhur raja-raja Kesultanan Mataram, dari pihak putrinya, yaitu yang bernama Retno Nawangsih.
Cerita Jaka Tarub
Suatu hari Jaka Tarub berangkat berburu di kawasan Gunung Keramat. Di gunung itu terdapat sebuah telaga tempat tujuh bidadari mandi. Jaka Tarub mengambil selendang salah satu bidadari. Ketika 7 bidadari selesai mandi, enam dari tujuh bidadari tersebut kembali ke kahyangan. Sisanya yang satu orang bingung mencari selendangnya, karena tanpa itu ia tidak mampu terbang.
Jaka Tarub muncul datang menolong. Bidadari yang bernama Dewi Nawangwulan itu bersedia ikut pulang ke rumahnya. Keduanya akhirnya menikah dan mendapatkan seorang putri bernama Dewi Nawangsih.
Selama hidup berumah tangga, Nawangwulan selalu memakai kesaktiannya. Sebutir beras bisa dimasaknya menjadi sebakul nasi. Suatu hari Jaka Tarub melanggar larangan Nawangwulan supaya tidak membuka tutup penanak nasi. Akibatnya kesaktian Nawangwulan hilang. Sejak itu ia menanak nasi seperti umumnya wanita biasa.
Maka, persediaan beras menjadi cepat habis. Ketika beras tinggal sedikit, Nawangwulan menemukan selendang pusakanya tersembunyi di dalam lumbung. Nawangwulan pun marah mengetahui kalau suaminya yang telah mencuri benda tersebut.
Jaka Tarub memohon istrinya untuk tidak kembali ke kahyangan. Namun tekad Nawangwulan sudah bulat. Hanya demi bayi Nawangsih ia rela turun ke bumi untuk menyusui saja.
Ketika masuk ke film/sinetron/koran/majalah maka alur dan settingnya pun dirubah. Hal itu dilakukan untuk lebih mudah dipahami audience/pembaca/pemirsa.
1. Alur Cerita
Cerita Jaka Tarub berawal ketika Jaka Tarub mencuri selendang salah seorang bidadari yang sedang mandi di telaga. Selendang yang dicuri adalah milik putri bungsu yang paling cantik. Sedikit berbeda dalam cerita Desa Pasir Kujang, yang dicuri adalah pakaian harimau yang dipakai oleh salah seorang putri untuk menyamar menjadi harimau jadi-jadian yang berteduh di bawah dangau. Cerita Tujuh Bidadari memiliki alur hampir sama dengan cerita Jaka Tarub, yang dicuri adalah selendang bidadari.
Selendang bidadari dalam cerita Jaka Tarub dan baju harimau dalam cerita Desa Pasir Kujang disembunyikan di bawah tumpukan padi di lumbung. Dalam cerita Tujuh Bidadari, karena setingnya jaman sekarang (sudah modern) tidak ada lagi yang mempunyai lumbung, selendang disembunyikan dalam kardus di atas lemari. Menyembunyikan selendang di atas lemari sudah bagus sebagai upaya pemodernan atau penyesuaian dengan keadaan jaman sekarang. Rumah-rumah jaman sekarang, apalagi masyarakat sekarang sudah banyak yang tidak bermata pencaharian sebagai petani, sehingga tidak lagi mempunyai lumbung tempat menyimpan padi.
Bidadari dalam ketiga cerita tersebut memiliki kemampuan memasak hanya dengan sebutir gabah menghasilkan seperiuk nasi. Hal ini sinkron dengan alur cerita yang terdapat dalam Jaka Tarub dan Desa Pasir Kujang karena dengan begitu persediaan gabah di lumbung dapat bertahan lama dan si bidadari tidak segera menemukan selendang atau baju harimaunya untuk kembali ke kahyangan. Akan tetapi, pada cerita Tujuh Bidadari karena selendang disembunyikan di dalam kardus di atas lemari sehingga bagian ini rasanya tidak perlu karena tidak ada kaitan sama sekali dengan tempat penyembunyian selendang dan proses penemuannnya. Ia hanya sebagai usaha untuk mempertahankan cerita aslinya, tetapi hasilnya malah tampak berdiri sendiri dan tidak sinkron dengan jalan cerita selanjutnya. Jika tidak ada pun, tidak akan mempengaruhi alur cerita.
Selain itu, dalam sinetron Tujuh Bidadari diceritakan Ibu Jaka Tarub sudah memiliki rice cooker, seharusnya si Nawangwulan tak perlu lagi memasak sebutir gabah dengan periuk karena sudah ada rice cooker. Nah, dalam peristiwa ini proses adaptasinya tidak utuh dan berhenti di tengah jalan. Mengapa Nawangwulan perlu bersusah-susah memasak dengan dandang besar jika sudah ada rice cooker.

2. Seting atau Latar
Kisah Jaka Tarub dan Desa Pasir Kujang merupakan cerita legenda. Legenda Jaka Tarub mengisahkan tentang asal muasal telaga bidadari, dulu masyarakat setempat bisa menunjukkan tempatnya. Adapun legenda Desa Pasir Kujang mengisahkan tentang asal muasal nama desa tersebut. Meskipun legenda diragukan kebenarannya, bagi masyarakat yang memilikinya ia dipandang sebagai "sejarah" yang melatarbelakangi asal muasal suatu tempat. Umumnya berupa folk history sebab-sebab penamaan tempat tersebut. Pada waktu sekarang sudah tidak tumbuh lagi cerita-cerita legenda yang seperti itu. Cerita yang diangkat dalam sinetron-sinetron biasanya diambil dari legenda atau cerita rakyat yang sudah hidup di masyarakat dan terjadi di masa lampau. Akan tetapi, dalam sinetron itu terlihat para pemain, terutama cara mereka berpakaian dan situasinya tidak sesuai dengan era saat legenda atau mitos itu terjadi. Salah satunya, kostum sebagian besar pemain sudah modern, tetapi kostum yang digunakan Jaka masih menggunakan surjan dan ikat kepala (destar).
Bahasa sebagai media komunikasi dalam sinetron juga sudah menggunakan bahasa prokem remaja atau bahasa gaul. Terdapat pula istilah-istilah peralatan modern, misalnya mobil, rice cooker, dan handphone. Ketimpangan yang tampak semakin jelas dalam sinetron legenda Jaka Tarub adalah: hidup di desa, berpakaian pemuda "tempo doeloe", sedangkan situasi sosialnya sudah jaman sekarang dan sudah berbahasa gaul pula.

Analisa
Selain Jaka Tarub, ada beberapa cerita rakyat yang diadaptasi dalam sinetron, di antaranya: Roro Jonggrang dan Bawang Merah Bawang Putih. Cerita Roro Jonggrang malah semakin menunjukkan ketidaklogisannya. Roro Jonggrang merupakan legenda tentang asal muasal Candi Prambanan, patungnya yang terdapat di komplek Candi Prambanan sampai sekarang masih ada. Sosok candinya memakai kain dengan dandanan "tempo doeloe", tetapi dalam sinetron Roro Jonggrang memakai jeans dengan latar belakang rumah mewah. Bagaimana jika ada anak yang bertanya, "Bu, Roro Jonggrang kok memakai jeans, padahal patungnya memakai kain jarik?"— Kemudian, ketika ia berubah menjadi candi, ia langsung berubah memakai kain.
Yang tampak kemudian, bukan tradisi luhur yang terwariskan, tetapi citra negatif, seperti: keglamoran, balas dendam, intrik-intrik kejahatan, kekerasan, pengkhianatan, kedengkian, perselingkuhan, dan seks. Ada anak kecil dipukul atau dipelototin (child abuse), anak membentak orang tua (moral degradation), cerita gaib-gaib (illogical reason), hamil di luar nikah (promoting free sex and unsafe sex), dan kekerasan (violence). Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih terlihat Si Bawang Putih selalu lemah tak berdaya, menunggu hal gaib datang (uluran tangan orang lain atau keajaiban), sudah jatuh tertimpa tangga seolah tidak ada jalan keluar, semua jalan baik sudah tertutup, di sana sini dicegat masalah. Si Bawang Merah menjadi tokoh yang benar-benar jahat dan selalu muncul dengan segala intrik kejahatannya.
Jaka Tarub adalah salah satu cerita legenda yang terkenal di Indonesia dan memiliki banyak versi. Adaptasi cerita bertipe Swan Maiden dalam berbagai daerah ini menampakkan kekhasan atau warna lokal masing-masing daerah dan menjadikannya milik masyarakat daerah setempat. Adapun pengadaptasian cerita legenda menjadi bentuk yang lebih modern bermaksud untuk menjadikannya lebih membumi dengan kehidupan sekarang, tetapi proses yang kurang matang malah menyebabkannya menjadi cerita yang tidak utuh, ngambang, dan lepas konteks. Ketika mengadaptasi legenda menjadi cerita modern, latar belakang kehidupan masyarakat modern dengan konsep-konsep kehidupannya seharusnya turut pula membangun cerita tersebut, bukan sekadar tampilan luarnya saja.
Legenda sarat dengan petuah-petuah yang lahir dari filosofi kehidupan masyarakat, bukan hanya menjual tampang dan keglamoran. Jika mau membuat sinetron dengan memunculkan sudut pandang legenda, memerlukan konsep yang jelas, matang, dan keseriusan tinggi karena tidak ada karya luhur yang tercipta dari sebuah kesadaran yang sepele.

Soal ke-4
“Carilah minimal dua individu di media massa. Seorang mengalami dan menerima efek sosial yang positif dari media massa, dan seorang lagi menerima efek sosial yang negatif dari media massa (korban media massa). Apakah efek sosial tersebut berkaitan dengan peniruan, identifikasi (idola) belajar sosial, agresifitas/kekerasan, tambah pengetahuan, sikap menerima atau menolak, dan tindakan?”

Landasan Teori
Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau masyarakat secara luas sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar, brosur, baleho, buku, majalah, tabloid) dan media elektronik (radio, televisi, video, film, piringan hitam, kaset, CD/DVD). Media massa diidentifikasikan sebagai media sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku masyarakat.
Pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan masyarakat ke arah perilaku prososial maupun antisosial. Penayangan berkesinambungan mengenai laporan perang seperti laporan Perang Teluk, Perang di Somalia dan Sudan, penayangan film-film seri yang menonjolkan kekerasan, dianggap sebagai salah satu faktor yang mendorong perilaku agresif pada anak-anak yang melihatnya. Demikian juga penayangan adegan-adegan yang berbau pornografi dan pornoaksi di layar televisi sering dikaitkan dengan perubahan moralisasi serta peningkatan pelanggaran susila dalam masyarakat.
Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari:
1.    Skala kecil (individu/mikro) dan luas (masyarakat/makro)
2.    Kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi.
Media massa juga merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap individu. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari.

A.    Efek Positif
Saya ingin memulai dari individu yang mengalami atau menerima efek sosial yang positif. Saya mengambil contoh Briptu Nurman dan Udin Sedunia.
Belakangan ini nama polisi yang berpangkat rendah berasal dari gorontalo itu cukup geger seantero Indonesia. Hal tersebut terjadi setelah video lipsingnya dengan nyanyian india chaiya-chaiya menggaung kepermukaan (khalayak ramai). Ketika diwawancarai oloeh beberapa media briptu norman mengakui bahwa membuat video lipsing  itu hanya sekedar untuk menghibur temannya saat dinas yang sedang bermasalah dengan istrinya. Akan tetapi diam-diam dari salah seorang temannya mengirim video tersebut ke youtube hingga akhirnya dikethui oleh orang banyak, dan membuatt  briptu norman terkenal.
 Sebuah kejadian yang dialami oleh briptu norman ini yang membuat ia menerima efek positif dari sebuah media. Efek sosial tersebut berkaitan dengan identifikasi terhadap idolanya syahrukhan. Ia mengakui semenjak SMA ia memang fans ke syahrukhan. Tidak hanya itu kaset-kaset yang berkaitan dengan lagu-lagu  india banyak dikoleksinya dan dihapalnya.
Berlatar belakang karena sang idola tersebutlah kini briptu norman juga bisa merasakan jadi idola bagi orang yang mengidolakannya. 
Walaupun hanya sebentar ketenaran yang dirasakan oleh briptu norman, akan tetapi ia membawa pengaruh yang kuat dengan mencoba membuka dan mengingatkan kembali memori lama orang-orang tentang lagu india chiaya-chaiya syahrukhan yang dulu cukup terkenal. Tidak hanya itu ia juga membuat penyanyi-penyi lainnya untuk menciptakan chaiya-chaiya versi Indonesia.
Tidak hanya briptu norman akan tetapi banyak orang-orang yang mendapatkan efek positif dari media massa seperti Justin Bieber, sinta dan jojo, udin, dll. terkenal melalui youtube, dan mungkin masih banyak orang-orang sukses di luar sana yang tidak ter up date oleh media di mana menerima efek sosial positif melalui media massa dan menjadikan ia sebagai orang sukses.

B.     Efek Negatif
Dampak yang ditimbulkan media massa bisa beraneka ragam diantaranya terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial  atau nilai-nilai budaya. Di jaman modern ini umumnya masyarakat menganggap hal tersebut bukanlah hal yang melanggar norma, tetapi menganggap bagian dari trend massa kini. Selain itu juga, perkembangan media massa yang teramat pesat dan dapat dinikmati dengan mudah mengakibatkan masyarakat cenderung berpikir praktis.
Kasus yang dikaitkan dengan sepasang kekasih selebritas ini sebenarnya bukanlah hal baru dan satu-satunya yang mencuat di media massa. Kasus ini pernah juga terjadi pada tokoh politik serta selebritas lain di Indonesia. Kasus semacam ini (yakni kasus yang berkaitan dengan perilaku seksual individu atau sepasang kekasih) akan dengan mudah dan cepat sekali beredar melalui media internet dan media massa. Hal ini antara lain dikarenakan faktor “popularitas” para selebritas dan tokoh. Keterkenalan mereka inilah yang dijadikan “lahan subur” bagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Siapakah mereka yang berperan sebagai pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut? Mereka adalah pengedar foto ataupun video perilaku seksual.
Secara logika normal, mereka yang tidak bertanggung jawab ini tentu adalah orang-orang yang berada di luar diri selebritas yang “terintimidasi”.Tidak bisa diterima oleh akal sehat manusia apabila pelaku sendiri (tokoh atau selebritas terkait) yang sengaja mengedarkan gambar atau video perilaku privasi mereka ke ranah publik. Pihak yang tidak bertanggung jawab ini bisa dikategorikan sebagai pihak “pembunuh karakter”.
Proses pembunuhan karakter berlangsung terhadap individu atau mereka yang “ditampilkan” sebagai pelaku. Bagi para selebritas atau tokoh terkenal di masyarakat, proses pembunuhan karakter ini berdampak pada kehidupan sosial mereka. Secara sosiologis, mereka akan mengalami alienasi, yakni sebuah keterasingan sosial dan keluarga, kelompok sosial, dan komunitas di mana mereka adalah anggota atau bagian dari keluarga, kelompok, dan komunitasnya. Mereka akan berusaha menghindar dari kehidupan dan pergaulan sosial sehari-hari mereka agar tidak terstigma negatif karena kasus ini akan berdampak pada citra diri dan harga diri tokoh atau selebritas. Mereka akan menghindari dengan penggemar fans-nya. Mereka tidak siap dan tidak mau menerima hujatan-hujatan dan fans mereka yang berbalik arah mencemoohkan mereka.
Secara ekonomi, kasus yang mereka alami ini dapat berpengaruh pada memudarnya popularitas dan berkurangnya pendapatan mereka. Hal ini akan berdampak pula pada pendapatan keluarga yang dinafkahi serta teman-teman seprofesi yang terkait dengan produktivitas mereka. Bahkan bisa saja mereka juga menghindar dari pertemuan dengan anggota keluarga dan kerabat dekat mereka.
Sebagai tokoh idola, biasanya apa yang dilakukan atau ditampilkan oleh tokoh tersebut akan mudah ditiru oleh pemujanya. Pemuja sering berperan imitasi dari tokoh yang diidolakannya. Secara ideal dan sosiologis, dalam sebuah bangsa, kalangan usia produktif ini adalah tulang punggung negara. Sebagai tulang punggung negara tentu ada harapan bangsa untuk menjadikan kaum muda ini berakhlak mulia, bermonal baik, serta berbudi pekerti santun dan beradab.
Dampak lainnya yaitu adanya kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme. Dengan perkembangan media massa, apalagi dengan munculnya media massa elektronik (media massa modern) sedikit banyak membuat masyarakat senantiasa diliputi perasaan tidak puas dan bergaya hidup yang serba instant Gaya hidup seperti ini tanpa sadar akan membunuh kreatifitas yang ada dalam diri kita dikemudian hari. Kemudian individu yang mengalami atau menerima efek sosial yang negatif sebagai contoh adalah Luna Maya dan Ariel Peterpan.

Komunikator Multimedia dalam Sistem Sosial - Akhlis Suryapati


 KOMUNIKATOR MULTIMEDIA DALAM SISTEM SOSIAL
“AKHLIS SURYAPATI”
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas UTS
pada mata kuliah Sosiologi Komunikasi Massa




 

Disusun oleh:
AMIN ROIS
108051000036

KPI 6B

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
1.      LATAR BELAKANG
Dalam konsep dasar komunikasi, Harold D. Laswell mengemukakan sebuah komunikasi harus mencakup dari unsur-unsur komunikasi sehingga sebuah komunikasi menjadi efektif disampaikan dan diterima. Unsur-unsur tersebut terdiri dari komunikator (sender/source/communicator), pesan (massage), media (channel/saluran), komunikan (communican/recipient), dan effek (effect/influence).
Disini saya mencoba untuk studi komunikator multimedia dalam sistem sosial dengan objek Akhlis Suryapati. Mungkin bagi sebagian orang beliau tidak begitu dikenal atau belum pernah terdengar namanya. Tapi bagi saya beliau patut untuk di kaji sebagai komunikator multimedia dalam sistem sosial dengan apa yang telah dilakukan beliau sampai saat ini.

2.       BIOGRAFI SINGKAT
Beliau dengan nama lengkap Akhlis Suryapati Lahir di Kota Pati, tepatnya di Tayu. Kabupaten Pati, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Pati. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan di selatan, serta Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di barat.
Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu Gambar yang berupa: "keris rambut pinutung dan kuluk kanigara".
Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang terdapat juga pada kitab Babat Pati dan kitab Babat lainnya dua pusaka yaitu "keris rambut pinutung dan kuluk kani" merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbol kesatuan dan persatuan.
Barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.
Kabupaten Pati terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 400 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pati. Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Juwana dan Tayu, keduanya merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa, juga Kecamatan Winong.
Akhlis Suryapati atau akrab dipanggil Akhlis. Dia anak pertama dari 7 bersaudara, yaitu 4 laki-laki dan 3 perempuan. Ibunya bekerja sebagai guru madrasah di desa. Setiap kali mengajar semua anak-anaknya selalu diajak, termasuk Akhlis kecil. Jadi meskipun belum masuk ke sekolah dasar, Akhlis kecil dan adik-adiknya sudah pandai membaca, menulis bahkan berhitung.
Akhlis kecil tidak mengenyam bangku TK, karena dia dianggap mampu dan bisa langsung masuk ke sekolah. Hal itu terbukti saat ujian kwartal kelas dia selalu mendapat rangking pertama. Yang lebih menariknya lagi ketika masuk di kwartal kedua kelas satu dia langsung diikutkan ke kelas dua kwartal dua. Ibunya yang saat itu juga mengajar di sekolah dasar itu, madrasah miftahul jannah, termasuk guru yang disenangi dan disegani oleh guru-guru yang lain juga para murid.
Selain mengajar ibunya juga membuka banyak kios kecil berisikan pakaian, kebutuhan rumah tangga, bahkan kebutuhan sehari-hari. Saat ini ibu telah berhenti mengajar di madrasah, dan di gantikan adik perempuan Pak Akhlis yang lulus dari IAIN Walisongo Semarang. Sampai saat ini Ibu masih sehat dan segar. Kini klontong kecil didepan rumah yang berisikan kebutuhan pokok menyibukkan hari-hari beliau dengan ditemani bapak.
Dulu bapaknya hanya bekerja sebagai petani tebu. Sesekali saat panen tiba beliau juga bekerja di pabrik gula. Penghasilan dari menjadi petani tebu dan buruh pabrik dan juga gaji mengajar yang didapat ibu tidak mencukupi untuk menghidupi ke 7 anaknya. Akhlis kecil yang saat itu masih duduk di bangku kelas 5 madrasah terpaksa ikut paman ke Jepara dengan alasan keadaan ekonomi. Memang pamannya yang di Jepara keadaan ekonominya lebih mumpuni. Dari hasil kerajinan ukir paman di Jepara bisa dibilang untuk menghidupi keluarga bahkan keponakan masih cukup.
Akhlis kecil yang di temani adik keduanya tinggal di Jepara. Dalam tradisi di Jawa ketika ada keluarga yang kurang mampu atau keluarga yang pas-pasan keadaan ekonominya dan memiliki banyak anak, maka tradisi yang terjadi adalah mengikutkan salah satu atau lebih anak ke keluarga yang lebih mampu. Hal ini bisa dilakukan tanpa harus mengadopsi ataupun mengangkatnya sebagai anak angkat. Status tetap anak dari orang tua kandung, hanya saja tinggalnya dengan orangtua yang lain yang masih ada hubungan kekerabatan atau bahkan tidak sama sekali.
Selama dua tahun tinggal di Jepara, Akhlis kecil sekolah di SDN 04 Panggang Jepara, sedangkan sore harinya sekolah Madrasah As-Su’ada. Di Jepara dan sekitar tradisi yang berlaku atau bahkan kewajiban bagi anak-anak, selain belajar ilmu umum (IPA/IPS dan lain-lain) juga wajib belajar ilmu agama. Bisa jadi di pesantren atau juga di madrasah diniyah (keagamaan). Hal ini juga berlaku pada Akhlis kecil dan adiknya. Pada pagi hari mereka belajar di SDN dan sore di Madrasah As-Su’ada’.
Lulus dari SDN 04 Panggang Jepara, Akhlis melanjutkan ke PGA (Pendidikan Guru Agama) di Kudus. Saat memasuki tahun ke 3 akhlis mulai bandel dan jarang sekolah. Hebatnya lagi di sudah berani pergi ke Jakarta dalam waktu yang lama. Yang pasti dia ingin mendapatkan pengalaman yang lebih dari petualangannya tersebut. Akibatnya di ujian kwartal akhir kenaikan kelas dia tidak lulus karena banyak nilai yang kurang bahkan beberapa pelajaran tidak ada nilainya.
Menurut dia tidak naik kelas bukan akhir segalanya. Di tahun ke 4 dia pindah ke PGA Lasem dan tinggal di Pesantren yang di asuh Kiai Dulha. Di sana dia menyelesaikan tahun terakhir PGA-nya. Dan setelah lulus PGA lalu masuk ke SMEA Muhamadiyah Kudus (yang sekarang berubah menjadi SMA Muhamadiyah 1 Kudus). Karena ada permasalahan birokrasi dan peraturan, dimana lulusan PGA tidak bisa melanjutkan pendidikan ke SMA maupun SMEA, maka Akhlis sekolah lagi SMP dengan langsung masuk di kelas 3 untuk memenuhi syarat tersebut.
Pada tahun pertama di SMEA Muhamadiyah, Akhlis yang statusnya juga sebagai siswa dari SMP 01 Kudus mengalami perpanjangan tahun ajar secara nasional. Hal ini dikarenakana saat itu ada perubahan sistem pendidikan nasional, yaitu awal tahun ajar dirubah dari Januari menjadi Juli. Jadi pada tahun tersebut tahun ajar tersebut menjadi 1,5 tahun. Dia lulus sebagai siswa terbaik di SMEA Muhammadiyah Kudus lalu melanjutkan pendidikan ke Yogyakarta.
Masa kuliah pada awalnya di jogja, yaitu di Universitas Sarjana Wiyata (Yayasan Taman Siswa) dia mengalami banyak perkembangan. Kegiatan yang semakin banyak seperti menulis, teater dan lain-lain. Hal ini yang membuat kuliahnya tergangu. Tepat di akhir semester tiga beliau pergi meninggalkan Jogja menuju Jakarta. Alasan yang paling kuat adalah tulisannya tentang angket sex di kalangan remaja Jogja. Melalui Koran Kedaulatan Rakyat (KR) pemberitaan ini membuahkan hasil yang sangat mengejutkan.
Membuat pro dan kontra pada saat itu adalah hal yang sangat mengkhawatirkan dan menguntungkan. Di satu sisi, saat itu rezim Soeharto bisa dengan semena-mena menghukum orang dengan alasan untuk menjaga kestabilan nasional. Di sisi lain dia menjadi wartawan yang terkenal. Pindah ke Jakarta bukan hanya kabur, tapi diminta untuk pergi oleh teman-temannya. Bahkan pimpinan redaksi Majalah Sarinah Jakarta sendiri langsung melayangkan surat khusus untuk merekrutnya untuk menjadi wartawan di majalahnya.

3.      ORGAN / ORGANISASI / KOMUNITAS
Akhlis Suryapati terlahir dari keluarga yang sangat fanatik akan agama. Tidak hanya dikalangan keluarga, tapi masyarakat sekitar pun juga fanatik. Terlebih fanatik organ antara Muhammadiyah dan NU. Ibu ikut organisasi NU, ayah Muhammadiyah, sedangkan di sendiri tidak mengikuti sepenuhnya keduanya. Kalaupun suatu saat dia ikut solat subuh yang imamnya tidak menggunakan qunut maka dia juga tidak menggunakan qunut. Atau juga ketika ada tetangga yang meninggal dan keluarganya mengundang tetangga untuk membaca Yasin Tahlil pun dia juga ikut.
Dari keluarga yang fanatik agama, Muhammadiyah dan NU membuatnya seakan malah tidak perlu ikut Muhamadiyah ataupun NU. Yang lebih penting menurutnya adalah sholat, meskipun itu dengan cara yang berbeda atau cara yang aneh sekalipun. Fanatisme membuatnya menjadi pluralis yang menghasrgai perbedaan dan prinsip.
Ketika di PGA beliau malah dikenal sebagai muhammadiyah. Dan hasilnya dia diangkat menjadi ketua Ikatan Pemuda Muhammadiyah. Saat menjadi Ketua IPM (Ikatan Pemuda Muhammadiya) dia mendirikan teater di PGA tersebut. Saat memasuki tahun ketiga di PGA, dia pun lebih suka berada di luar kelas karena lebih bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman.
Mulai saat pertama masuk PGA dia memang dikenal sebagai siswa yang bandel karena jarang mengikuti pelajaran. Tapi disisi lain dia selalu di peringkat pertama dan ketika di luar pun sering kali mendapatkan juara bersama komunitas teaternya. Alhasil ruang kepala sekolah penuh dengan prestasinya bersama teman-teman. Karena itulah para guru tidak ada yang memarahi bahkan malah bangga dengannya.
Saat di SMEA Muhammadiyah pun dia terpilih menjadi ketua IPM tingkat SMA. Disana pun dia kembali mendirikan komunitas teater. Ketenarannya dengan bejibun prestasi membuat teater tersebut sering pentas. Jiwa seni yang diajarkan oleh alam kepadanya memberikan inspirasi pada setiap pertunjukan yang dibawakan. Selain berteater dia juga mendirikan majalah dinding SMEA. Dan beberapa kali tulisan yang dibuatnya masuk di koran lokal.
Memasuki kota Jogja pun kemudian dia tidak fokus pada perkuliahan di Universitas Sarjana Wiyata, tapi dia lebih fokus pada Komunitas Arisan Teater. Komunitas teater yang lebih dulu ada sebelum dia datang. Selain di teater dia menjadi wartawan lepas Harian Kedaulatan Rakyat Jogja. Honor yang didapat dari menulis di KR lebih dari cukup untuk setingkat mahasiswa. Hal ini dikarenakan dia telah lama dikenal sebagai wartawan, meskipun dulu masih SMEA tapi tulisannya sering dimuat di koran lokan bahkan sesekali di koran nasional.
Tidak lepas dari Muhammadiyah, dia saat menjadi mahasiswa kembali terpilih menjadi ketua Ikatan Pemuda Muhammadiyah yang saat itu adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Padahal dia sendiri tidak menganggap dirinya sebagai pemuda muhammadiyah yang baik ataupun sesuai. Hanya karena dari dulu menjabat sebagai ketua sedari smp, maka kuliah pun menjadi ketua lagi. Tapi dia lebih fokus mengikuti kegiatan teater dan menulisnya.
Di tahun kedua dia sudah tidak lagi aktif di kuliah, lebih tepatnya cuti untuk selamanya. Komunitas arisan teater dan menulisnya lebih penting dan disukainya. Terbukti selain menulis di KR, dia sering kali dimintai tulisan tentang kebudayaan dan lainnya oleh berbagai macam media. Termasuk kemudian mengisi di radio jogja berupa sandiwara radio maupun narasumber.
Selama satu tahun kegiatan teater dan menulisnya lebih maju. Dan akhirnya tulisan mengenai angket sex remaja Jogja pun menggemparkan Jogja sendiri bahkan sampai nasional. Meninggalkan jogja dengan berjuta kenangan dan pengalaman.
Awal di Jakarta menjadi wartawan di Majalah Sarinah yang kemudian berganti nama menjadi Majalah Srikandi. Saat itu beliau juga menjadi wartawan lepas di berbagai media. Tulisam-tulisan yang dianggap mengkhawatirkan pemerintah malah dianggap bagus oleh para wartawab lainnya. Namanya cepat terkenal dikalangan wartawan di Jakarta. Tawaran kerja baik menjadi wartawan, pimpinan redaksi dan lain-lainnya pun pernah singgah di perjalanannya. Bahkan sempat beberapa tokoh partai politik dari oposisi Soeharto pun mencoba menggaetnya.
Idealisme yang tinggi dan kuat membuatnya tidak terpengaruh dengan tawaran-tawaran partai politik. Terikat di sebuah media pun beliau tidak mau. Beberapa tahun kemudian beliau memilih menjadi wartawan lepas di semua media. Mulai dari Tempo, Kompas, Suara Merdeka dan media nasioal lainnya juga yang lokal menjadi lebih sering meminta tulisan beliau. Dari cerpen juga scenario film pun pernah beliau tulis dikarenakan untuk memenuhi pesanan dan lahan untuk menuangkan ide serta pemikiran.
Berbagai organisasi pernah beliau pimpin. Beberapa tahun yang lalu pernah menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang berkantor di Kuningan. Merambah ke dunia perfilman beliau sering menjadi penulis scenario dan menjadi produser. Saat ini beliau masih menjabat sebagai anggota Bandan Penerangan Perfilman Nasional (BP2N) dan Lembaga Sensor Film (LSF). Bahkan beliau juga menjadi ketua umum Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (SENAKKI), Jejaring Komunitas Film yang bergerak di bidang pelatihan atau worshop ataupun produksi dan screening film.
Awal di Jakarta menjadi wartawan di Majalah Sarinah yang kemudian berganti nama menjadi Majalah Srikandi. Saat itu beliau juga menjadi wartawan lepas di berbagai media. Tulisam-tulisan yang dianggap mengkhawatirkan pemerintah malah dianggap bagus oleh para wartawab lainnya. Namanya cepat terkenal dikalangan wartawan di Jakarta. Tawaran kerja baik menjadi wartawan, pimpinan redaksi dan lain-lainnya pun pernah singgah di perjalanannya. Bahkan sempat beberapa tokoh partai politik dari oposisi Soeharto pun mencoba menggaetnya.
Idealisme yang tinggi dan kuat membuatnya tidak terpengaruh dengan tawaran-tawaran partai politik. Terikat di sebuah media pun beliau tidak mau. Beberapa tahun kemudian beliau memilih menjadi wartawan lepas di semua media. Mulai dari Tempo, Kompas, Suara Merdeka dan media nasioal lainnya juga yang lokal menjadi lebih sering meminta tulisan beliau. Dari cerpen juga scenario film pun pernah beliau tulis dikarenakan untuk memenuhi pesanan dan lahan untuk menuangkan ide serta pemikiran.
Berbagai organisasi pernah beliau pimpin. Beberapa tahun yang lalu pernah menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang berkantor di Kuningan. Merambah ke dunia perfilman beliau sering menjadi penulis scenario dan menjadi produser. Saat ini beliau masih menjabat sebagai anggota Badan Pusat Perfilman Nasional (BP2N), di Lembaga Sensor Film, Ketua Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (Senakki), Jejaring Workshop Kreatif Indonesia, dan masih banyak lainnya.

4.      PROSES KOMUNIKATOR DARI PEMULA MENJADI MAHIR
A.    Teater
Mulai berkesenian sejak SD. Pertama kali saat pelepasan kelas 6 SD dimana akhlis kecil masih duduk dibangku kelas 5 SD menampilkan sandiwara kecil-kecilan. Karena tertarik dengan sandiwara tersebut maka mulailah dia belajar sendiri (otodidak). Baru setelah masuk PGA dia mencoba belajar dari teman yang telah belajar teater di daerah kudus.
Keinginan menjadi seniman bukan hanya sekedar isapan jempol belaka. Dia memberanikan diri untuk mengajak teman-teman mendirikan kelompok teater di PGA. Di tahun kedua pun dia dan teman-teman menerima tawaran untuk pentas disebuah perayaan Milad Muhammadiyah.
Sempat pergi ke Jakarta hanya untuk mengikuti pentas teater. Dengan meninggalkan ujian kwartal terakhirnya membuat dia tidak naik kelas. Sepulang dari Jakarta dia memutuskan untuk tidak melanjutkan di PGA tersebut. Karena baginya berkesenian lebih penting dari pada sekedar bangku sekolah. Teater lebih bisa memberikan kepuasan batin dan jiwa.
Dari teater dirinya menjadi mulai terkenal. Dan dari sinilah perjalanan dimulai untuk menjadi public figur.
B.     Menulis
Berawal dari iseng-iseng menulis puisi dan kemudian disertakan dalam pengadeganan di teater yang dibawakan beliau. Lalu kemudian memasuki ranah naskah teater yang sederhana tapi berulang dipentaskan. Sempat juga naskah-naskah teater dipentaskan oleh kelompok selain dari kelompok beliau. Naskah yang dibuat mudah dipahami dan lebih mengena ceritanya.
Dari puisi yang dipentaskan sebagian dikirim ke beberapa koran lokal. Dimuat di koran tentu saja mendapatkan royalti. Meskipun pada awalnya tidak terlalu besar tapi royalti yang didapat cukup untuk membeli jajan dan ala kadarnya kebutuhan. Kondisi ekonomi orang tua yang tidak lagi mengirimkan uang makan apalagi uang jajan, membuat dia semakin terpacu untuk terus menulis.
Alhasil saat dia masih PGA di Lasem tapi namanya sudah terkenal di seantero Semarang maupun Jogja. Ketika kuliah di Jogja pun dengan mudahnya dia menjadi wartawan di harian Kedaulatan Rakyat. Tulisan-tulisan yang profokatis dan kritis adalah menu utamanya. Tentu saja dibalut dengan bumbu-bumbu kebudayaan untuk memperhalus.
Dikarenakan menulis juga dia tidak menyelesaikan kuliah di Universitas Sarjana Wiyata di Jogja. Lebih lincah mesin ketik dan pena di tangannya daripada bangku kuliah yang membosankan. Kali ini honor yang diterima lebih banyak dan cukup untuk menghidupi dirinya sendiri. Bahkan selama tinggal di Jogja dia mampu menyewa rumah sederhana dengan kamar utama dan kamar-kamar lainnya. Padahal saat itu masih jarang mahasiswa yang berani mengontrak sendiri, apalagi mengontrak rumah. Biasanya sekeotak kamar diisi dengan dua atau tiga orang saja.
Nama akhlis suryapati sang wartawan kritis pun menghiasi halaman-halaman di berbagai media. Saat menulis pemberitaan hasil angket sex remaja Jogja pun membuat Jogja khususnya, bahkan seluruh Indonesia gempar.
Hijrah ke Jakarta untuk menghindari ancaman dari orang-orang tidak inginkan maupun dari pemerintah. Alasan lainnya adalah karena dari Jakarta beliau dijamin keselamatannya oleh pimpinan majalah Sarinah. Beliau direkrut khusus setelah peristiwa tersebut. Kemudian dari situ beliau bangkit dan menulis kembali. Tulisannya banyak sekali menghiasi Kompas, Tempo, dan lainnya. Sampai saat ini beliau masih sering menulis di media.
Sempat juga menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia karena kredibilitas dan jam terbang beliau yang sudah tidak diragukan lagi.
C.     Film
Saat pertama kali memasuki dunia perfilman beliau memulai dengan menulis naskah. Sperti halnya menulis naskah teater. Tapi lambat laun beliau mencoba bermain menjadi aktor dan produser film. Setelah menggarap berbagai tayangan televisi dan iklan layanan masyarakat maupun komersil beliau lebih sering membuat naskah dan menulis di media.
Film layar lebar pertama yang disutradarainya adalah “Lari dari Blora”. Mengisahkan kebudayaan masyarakat Samin yang anti modernitas dan anti peraturan pemerintah. Samin adalah sebuah suku kecil yang berada di Blora Pati. Melalui film tersebut dia ingin menyampaikan kebudayaan, tradisi lokal, dan realita yang terjadi di sebuah masyarakat di Indonesia.
Menjabat sebagai anggota Badan Penerangan Perfilman Nasional (BP2N), kemudian Lembaga Sensor Film (LSF) dan Ketua Umum Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia (Senakki) adalah kegiatan yang menjadi aktivitas kesehariannya. Sesekali menjadi juri, moderarot ataupun narasumber di bidang perfilman di berbagai tempat. Dari kalangan umum, mahasiswa, sampai pemerintah sendiri.
D.    Lagu
Selain Teater dan Film, seni tarik suara pun pernah dilakoninya. Dari qosidah hingga lagu klasik pernah dinyanyikannya. Ojo Sembrono adalah lagu tenar yang pernah dibawakannya bersama grup Nyanyian Santri Pesisir Tayu. Selain itu banyak lagi lagu-lagu qosidah yang dibawakannya.
Berbekal dari menulis syair dan pantun yang pernah dilakoninya maka banyak lagu yang diciptakan. Pada soundtrack film Lari dari Blora pun ke 8 lagunya diciptakan olehnya sendiri. Keempat lagu dinyanyikan sendiri. Kesemuanya digarap dengan nada dan syair alami yang syarat akan kebudayaan masa lampau. Serasa alunan kolaborasi bimbo, chrisye, dan iwan fals yang dipadukan dalam satu panggung.



5.      KESIMPULAN
Akhlis Suryapati adalah sosok figur yang mengalami berbagai tahapan dan lingkungan yang sangat heterogen. Dari pengalaman yang beliau ceritakan beliau terlahir dari masyarakat yang sangat fanatik, mulai dari Muhammadiyah, NU, serta yang lainnya, tapi hal tersebut malah menjadi pribadi beliau penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan. Bagi beliau tidak masalah apakah Muhammadiyah atau NU bahkan Ahmadiyah sekalipun, yang terpenting adalah melakukan kebaikan.
Dari pengalaman batin dan pengalaman intelektual dan kebudayaan membentuk karakter dan kharisma beliau masih berasa sampai saat ini. Terutama di kalanga para wartawan senior. Proses beliau menjadi public figur dan komunikator multimedia dalam sistem sosial pun tidak terjadi begitu saja. Melalui tahapan-tahapan yang perlahan namun pasti. Berawal dari teater kemudian adanya keinginan untuk diketahui bahwa kelompok teaternya pentas disebuah tempat maka dibuatlah berita acara tersebut. Lalu di dunia pemberitaan beliau merintis sejak masih PGA hingga terkenal dengan pemberitaan fenomenalnya kemudian ketika di Jakarta beliau diangkat menjadi Ketua PWI.
Figur beliau patut untuk ditiru dan memang cocok sebagai public figur, terlepas dari kekurang yang dimilikinya. Karena setiap manusai memiliki kelemahan dan kelebihan, begitu juga beliau.


BIODATA

Nama                                :    Akhlis Suryapati
Tempat lahir                       :     Pati, Jawa Tengah.
Tanggal lahir                      :     3 Januari 1963
Kebangsaan                       :     Indonesia
Agama                               :     Islam
Nomor Paspor                    :     IDN P 786967
Nomor KTP                       :     09-5402-020161-0402
Alamat                               :     Kompleks Taman Buaran Indah I Blok G 1a
                                                Klender, Jakarta Timur
Pendidikan                        :     Sekolah Tinggi Ilmu Hukum IBLAM Jakarta
                                                Program Pendidikan Jurnalistik (PWI Jaya)
                                                Program Pendidikan Dasar Sinematografi (PPHUI)
                                                Disain Grafis-Komputergrafik (Pos Kota Group)
                                                Program Pendidikan Metodologi Riset (LP3ES)
                                                Kursus Bahasa Inggris (ILP Jakarta)
                                                Kursus Bahasa Prancis (CCF Jakarta)
                                                SD, SMP, PGA Islam 4 Tahun, SMU.
Pekerjaan                           :     Wartawan, Penulis, Pekerja Seni dan Film
Jabatan                               :     Ketua Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia
                                                Anggota LSF periode 2005-2008 dan 2008-2012
                                                Redaktur Harian Terbit Jakarta
                                                Dewan Redaksi Majalah Apa Kabar Jakarta

PENGALAMAN KEGIATAN
·         Menulis Cerita Pendek, Novel, Naskah Drama, Skenario Film, dan Karangan Non Fiksi.
·         Menyutradarai film, video klip, program televisi.
·         Mencipta lagu dan menyanyi untuk album rekaman.
·         Menjadi penyelenggara dan panitia berbagai kegiatan pertunjukan, pameran, festival, untuk tingkat na­si­onal dan internasional.
·         Menjadi pembicara, narasumber, dalam seminar, workhsop,  dan diskusi masalah media massa, seni budaya, dan film.

PENGALAMAN PEKERJAAN
·         Mingguan Minggu Pagi-Kedaulatan Rakyat Yogya   (1981-1983, sebagai reporter)
·         Majalah Remaja Srikandi (1983-1984, sebagai redaktur)
·         Majalah Kriminalitas dan Pencegahan (1985, sebagai redaktur)
·         Majalah Zaman (1985-1986, sebagai reporter),
·         Majalah Matra (1987, sebagai reporter)
·         Majalah Film (1988     sebagai reporter, 1993 sebagai Redaktur Pelaksana)
·         Majalah Laras (1987-1988, sebagai redaktur)
·         Ma­jalah Serasi (1989-1993, sebagai Redaktur Pelaksana)
·         Harian Pos Kota (1988-1999 sebagai Redaktur Khusus)
·         Harian Terbit (1994 sampai sekarang, sebagai redaktur)
·         Rumah Produksi Bintang Advis Multimedia (1997--2001 sebagai pe­­nulis naskah untuk sejumlah program televisi)
·         Rumah Produksi In­docroma Proadvi (1998-2001) sebagai Pimpinan Kreatif
·         Pe­ru­sa­ha­­an Rekaman PT Sutra Indomusik (1998-2003) sebagai Produser
·         Ru­­mah Produksi RKC Production (2002-2003) se­ba­­­gai Direktur Kre­atif
·         Rumah Produksi Jogjakartun (2002-2004) sebagai Su­per­vi­­sor Kreatif
·         Jaringan Workshop (sejak 2004) se­bagai Direktur
·         Mendirikan Kreativa Art-Workshop and Artshop (sejak 2010)

PENGALAMAN BIDANG FILM/ PROGRAM TV: 
·         Menulis ten­tang masalah perfilman dan kritik film di sejumlah media massa sejak 1984.
Tahun 1986 masuk nominasi sebagai Penulis Kritik Film Terbaik FFI. 
·         Karya film antara lain:
-          Lari Dari Blora (Sutradara dan Penulis Skenario, film layar lebar, Ibar Pictures),
-          Sejarah Film Indonesia (Sutradara dan Skenario, Film Dokumenter, Depbudpar),
-          8 Detik (Sutradara dan Skenario, Film Cerita, BNN)
-          Out of Drugs (Sutradara dan Skenario, Film Cerita, BNN),
-          Biosafety Medical (Sutradara, Film Dokumenter, PT Merck Indonesia),
-          Java in Hong Kong (Sutradara, Film Dokumenter, Jaringan Workshop),
-          Habis Terang Menjelang Gelap (Sutradara dan Skenario, Film Pendek, Jaringan Workshop),
-          Mimpi Buruk Seorang Gadis (Sutradara dan Skenario, Film Pendek, Jaringan Workshop),
-          Cagar Samin (skenario si­netron cerita lepas--TPI),
-          Hari-Hari Syafei (Skenario semi do­ku­men­ter-kerjasama TV-TV Asean), 
-          Sinetron seri Kicau-Kicau (ske­nario- RCTI),
-          Bunga Pesisir (skenario--ANteve),
-          Mr Hologram (ske­nario--Indosiar),
-          Infotainment Buletin Sinetron (su­­tra­dara, skenario--RCTI),
-          Infotainment Cek dan Ricek (Penulis naskah-RCTI),
-          Program Tip&Trik (Su­tra­dara/penulis nas­kah-TPI),
-          Program Kiat-Kiat Usaha Kecil (sutradara/penulis naskah--TPI dan Indosiar),
-          Pro­gram Kipas-Kipas (Sutradara/pe­nulis naskah--TPI),
-          Sinetron Komedi Putar (15 e­pi­sode, penulis skenario-TVRI),
-          Program Festival Film Indonesia (52 episode, Jaringan Kreatif, TVRI, sebagai sutradara dan produser), 
-          Sinetron Jalan Takwa Rentenir (pe­nulis skenario, Sinemart, SCTV),
·         Puluhan Video Klip Lagu (sebagai sutradara), se­jum­lah Video Dokumenter/ /Iklan (script dan sutradara). 
·         Karya skenarionya, Cagar Pelarian dan Java Aura menjadi pemenang dalam Lomba Penulisan Naskah Skenario Film Cerita Program Film Kompetitif Depbudpar.

KEGIATAN BIDANG MUSIK DAN REKAMAN:
·         Album Menyorong Rem­bu­lan Emha Ainun Nadjib  (Produser--1998),
·         Shalawat Badriyah Ar­tis Songo (Produser--1999),
·         Nyanyian Santri Pesisir Ojo Sembrono  (produser, pencipta lagu, dan penampil--2000),
·         Lautan Cahaya (pen­cip­ta lagu dan penampil 2002),
·          Soundtrack film Lari Dari Blora (Pencipta Lagu—2007).

KEGIATAN KEPENULISAN:
·         Aktif menulis di media massa sejak 1979, me­liputi  karangan fiksi (Puisi, Cerpen, Cerber), opini (Essay, Ko­lom), dan features (masalah sosial, politik, budaya, kesenian), di ber­bagai media massa cetak.
·         Karya dalam bentuk buku, antara lain dalam  Buku Kumpulan Cerpen Kompas Terpilih 1981-1990 Riwayat Negeri yang Haru, dan Bendera-Bendera Kuning,
·          Tragedi Djarot (No­vel Jurnalistik),
·         Pesta Rebana (Novel),
·         Jejak Perempuan (Novel),
·         WC  (Kumpulan Cerpen), 
·         Ayat-Ayat Setan Yahudi (terjemahan sebagai editor),
·         Peran Pers Menegakkan Pancasila (sebagai editor),
·         Setengah Abad Festival Film Indonesia (editor).
·         Hari Film Nasional, Tinjuan dan Retrospeksi (karya ilmiah, penulis)


KEGIATAN FESTIVAL:
·         Produser Pelaksana Tour pentas Drama AIB Teater Mandiri Putu Wijaya di Jakarta, Bandung, Salatiga (1987).
·         Produser, Penulis Naskah; Drama Balada Paijo Studio Dua di Jakarta 1988.  
·         Produser Pelaksana Pentas Drama Upeti Teater Gandrik di Jakarta 1989
·         Ketua Umum Anugerah PWI Musik Indosiar (1994)-  SCTV (1995)
·         Anggota Juri Festival Lagu Sumpah Pemuda tingkat Nasional (1996)
·         Anggota Panitia Festival Sinetron Indonesia (FSI--1990--1995),
·         Anggota Delegasi Festival Film Asia Pasifik di Cheju, Korea Selatan (1996),
·         Anggota Delegasi Festival Film Asia Pasifik di Bangkok, Thailand (1997),
·         Deputi Public Relation Festival Film Asia Pasifik 2001 (FFAP) di Jakarta,
·         Delegasi Indonesia di Kuala Lumpur World Film Festival di Malaysia (2002),
·         Ketua Penyelenggara Festival Orkes Dangdut di Jakarta (2003), 
·         Ketua Bidang Humas dan Publikasi Festival Film Indonesia (FFI) 2004,
·         Wakil Ketua Kelompok Kerja Program Film Kompetitif Depbudpar 2004-2005
·         Anggota Juri Lomba Penulisan Essai Film Nasional, Perpustakaan Nasional  (2008).
·         Ketua Bidang Humas dan Publikasi Festival Film Asia Pasifik 2008 di Jakarta.
·         Ketua Pelaksana FFI tahun 2008
·         Ketua Pelaksana Hari Film Nasional 2008
·         Anggota Juri Lomba Penulisan Story Line Ristek dan Teknologi (2009)
·         Anggota Dewan Juri Festival Film Kearifan Budaya Lokal (2009-2010)
·         Ketua Umum/Penanggungjawab Festival Film Kine Klub (2010-2011)

KEGIATAN ORGANISASI/KELEMBAGAAN:
·         Pengurus Ikatan Pelajar Mu­ham­madiyah (IPM) Daerah Pati (1978-1981),
·         Pengurus Lembaga Kesenian Beng­kel Seni Pati (1978-1983),
·         Pengurus Lembaga Musik Indonesia (LMI) Yogyakarta (1982-1984),
·         Anggota Nasional LSM Pusat Peranserta Ma­sya­rakat -PPM (1986-1987),
·         Pendiri dan Pengurus LSM Forum 15 (1997),
·         Pen­diri dan Pengurus Lembaga Kesenian Studio Dua (1988-1990),
·         Pendiri dan Penasehat Persatuan Artis Cilik Indonesia/PARCI (1997-2001),
·         Dewan Pertimbangan Or­­ganisasi Persatuan Artis Sinetron Indonesia/PARSI (1998-2003),
·         Ketua Ko­or­di­na­to­ri­at Musik Persatuan Wartawan Indonesia-PWI Jakarta (1997-1999),
·         Ketua PWI Jaya Sek­si Film dan Kebudayaan (1999—2003--2008),
·         Ketua Sekretariat Nasional Kine Klub In­donesia (SENAKKI) (2006—2010),
·         Anggota Lembaga Sensor Film (LSF) (2005-2008-2012).
·         Direktur Jaringan Workshop Film Society (sejak 2004).